serupa.id

seni belajar untuk hidup

Model Pembelajaran Problem Solving (Penjelasan Lengkap)

contoh problem solving learning

Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving

Model pembelajaran problem solving adalah model yang mengutamakan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar untuk memperkuat daya nalar yang digunakan oleh peserta didik agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dari materi yang disampaikan. Seperti yang diungkapkan Pepkin (dalam Shoimin, 2017, hlm. 135) bahwa metode problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Problem solving dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Mengapa? Karena dengan mengetahui cara menyelesaikan masalahnya, pembelajaran akan merekat jauh lebih dalam dan tidak mudah untuk dilupakan. Dampaknya hampir sama dengan pembelajaran kontekstual, karena pada akhirnya masalah adalah hal sehari-hari yang akan ditemui oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada abad-21 .

Sementara itu Purwanto (dalam Chotimah & Fathurrohman, 2018, hlm. 280-281) berpendapat bahwa model problem solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.

Model ini sering disebut sebagai metode pula karena boleh dibilang merupakan salah satu penerapan problem based learning (PBL) yang sudah memiliki langkah-langkah konkret. Namun di balik itu, metode ini juga cukup dinamis untuk dimodifikasi dan disesuaikan dengan keadaan siswa atau sekolah. Oleh karena sifatnya yang dinamis, terdapat berbagai turunan dari model ini, misalnya model pembelajaran creative problem solving             .

Menurut Murray, Hanlie, et al. (dalam Huda, 2015, hlm. 273) model pembelajaran problem solving merupakan salah satu dasar teoretis dari berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya. Artinya akan terdapat beberapa tipe atau setting yang dapat dinaunginya.

Model problem solving adalah sebuah metode pembelajaran yang mengharuskan siswa berperan aktif dan mampu berpikir. Karena dalam problem solving siswa diharuskan mampu menganalisis materi mulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving adalah model yang memusatkan pembelajaran pada pemecahan masalah sehingga siswa dapat memperkuat daya nalar dengan menyusun cara, strategi, atau teknik baru untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Lalu seperti apa prosedur, sintaks, atau langkah-langkah dari model ini? Berikut adalah penjelasannya.

Sintaks Pembelajaran Problem Solving

Terdapat sintaks atau acuan dasar dari seluruh fase yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan model pembelajaran problem solving. Menurut Chotimah & Fathurrohman (2018, hlm. 287-288) sintaks model pembelajaran problem solving terdiri dari 6 tahap sebagai berikut.

  • Merumuskan masalah Kemampuan ini diperlukan untuk mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.
  • Menelaah masalah Untuk menggunakan model problem solving, menelaah masalah diperlukan agar peserta didik dapat menggunakan pengetahuan untuk memerinci dan menganalisis masalah dari berbagai sudut.
  • Merumuskan hipotesis Kemampuan yang diperlukan lainnya adalah berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternatif penyelesaian.
  • Mengumpulkan dan mengelompokkan data (sebagai bahan pembuktian hipotesis) Tahap ini berfungsi untuk memancing kecakapan mencari dan menyusun data serta menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, atau tabel.
  • Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
  • Menentukan pilihan penyelesaian Tahap ini akan membuat peserta didik mampu untuk membuat alternatif penyelesaian serta kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Langkah Langkah Model Pembelajaran Problem Solving

Terdapat langkah-langkah konkret yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan model pembelajaran problem solving. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving menurut Sani (2019, hlm. 243) adalah sebagai berikut.

  • Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran.
  • Guru memberikan permasalahan yang perlu dicari solusinya.
  • Pendidik (guru) menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar.
  • Peserta didik mencari literatur yang mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.
  • Siswa atau peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat diambil untuk menyelesaikan permasalahan.
  • Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru.

Tujuan Model Problem Solving

Dalam metode pembelajaran problem solving, pembelajaran tidak hanya difokuskan dalam upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Justru bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat tersebut adalah fokusnya. Dengan kata lain, model pembelajaran ini mengutamakan peningkatan keterampilan untuk menggunakan pengetahuan sebagiamana nantinya akan digunakan pada dunia nyata atau kehidupan sehari-hari.

Siswa yang dapat mengerjakan atau dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dapat dikatakan telah telah menguasai pelajaran dengan baik. Bersinggungan dengan hal tersebut, menurut Chotimah & Fathurrohman (2018, hlm. 282) tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

  • Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
  • Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hasil intrinsik bagi peserta didik.
  • Potensi intelektual peserta didik meningkat.
  • Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Solving

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan masing-masing. Salah satunya yakni model pembelajaran problem solving yang tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan pula. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari model ini.

Secara umum salah satu kelebihan dari model pembelajaran problem solving adalah meningkatnya daya kritis siswa dalam pembelajaran. Selain itu, menurut Shoimin (2017, hlm. 137-138) kelebihan dari model pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

  • Membuat peserta didik lebih menghayati pembelajaran berdasarkan kehidupan sehari-hari.
  • Melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
  • Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.
  • Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya dari semenjak sekolah (sebelum memasuki kehidupan nyata).
  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  • Membuat peserta didik berpikir dan bertindak kreatif.
  • Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
  • Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  • Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara yang tepat.
  • Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Sementara itu, menurut Sanjaya (2016, hlm. 220) keunggulan dari metode problem solving adalah sebagai berikut.

  • Merupakan teknik pembelajaran yang cukup bagus agar siswa lebih memahami isi pelajaran.
  • Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
  • Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
  • Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  • Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

Menurut Sanjaya (2016, hlm. 220) kelemahan dari metode problem solving adalah sebagai berikut ini.

  • Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
  • Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
  • Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin dipelajari.
  • Chotimah, C., & Fathurrohman, M. (2018). Paradigma Baru Sistem Pembelajaran dari Teori, Metode, Model, Media, Hingga Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Huda, Miftahul. (2015). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Sani, R.A. (2019). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Sanjaya, Wina (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ( Cetakan ke 12). Jakarta: Kencana Prenada Media.
  • Shoimin, A. (2017). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Artikel Terkait

Gabung ke percakapan.

Terima kasih, sangat membantu bagi saya, semakin mengerti model pembelajaran problem solving.

Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

Tinggalkan Komentar

helpful professor logo

18 Problem-Based Learning Examples

problem-based learning examples and definition, explained below

Problem-based learning (PBL) is a student-centered teaching method where students are given the opportunity to solve open-ended real-world problems. The teacher provides limited guidance and is usually referred to as a “facilitator”.

The burden of responsibility for the majority of the work rests squarely on the shoulders of the students.

Problem-Based Learning Examples

  • Broad problem posing: A teacher writes the question on the board: “Are organic fertilizers better than commercial fertilizers?” The question is purposively broad and requires student teams to clarify the question before even beginning to address it.
  • Solving problems through inquiry: Problem-based learning has strong overlaps with inquiry based learning, where the teacher presents a problem and the students must develop a study to inquire about answers.
  • Divergent thinking problems: Students in the first grade have to create a way to communicate with another group without speaking if both are lost in a forest.
  • Product development: The professor of a Design course has student teams create product packaging that complies with rigorous environmental standards.
  • Real-life problem solving: Students in second grade are given the task of studying the causes of potholes and creating ways to fill them.  
  • Role playing a problem: IT majors play the role of government compliance officers and evaluate various social media apps regarding free-speech and privacy regulations.
  • Solving real-life mathematical problems: Fourth graders use math to estimate crop yields of a hypothetical farm and then represent the results graphically.
  • Multidisciplinary problem solving: Business majors work with students in a nutrition course to create a pizzeria franchise.
  • Authentic learning scenarios: Medical students are given a clinical scenario that includes the patient’s chart, X-rays and results of various tests. They work in groups to diagnosis the patient’s disease and design a treatment program.
  • Solving hypothetical problems: Anthropology students create a public holiday for an underserved class or people in a foreign country.
  • Solving social problems: Students in a Civil Engineering course have to design housing for the poor in an isolated region using only local materials.
  • Escape rooms: The popular trend of escape rooms can be seen as a form of problem-based learning. Learners must solve the problem of ‘how to escape’.
  • Solving a riddle: The teacher presents students with a riddle, which they must work together to solve. This may require the application of curriculum-based outcomes like using certain math equations.
  • Situated learning: Students work on problems in the workplace or ‘real life’ rather than in the classroom, helping them to see how the theory gets applied in a real world context.
  • Turning exams into challenges: Instead of using paper-based exams, the teacher poses a challenge and the students need to present a report on the solution to the challenge.
  • Creating an app: Students in a university programming class don’t just demonstrate their knowledge of programming; they have to create an app that solves a real-life problem.
  • Developing an environmental regeneration plan: Students identify problems with the current ecosystem and then create a plan to solve the problem. Next, they can actually put the plan into action and report on results.
  • Working on a social problem: Students are presented with a social problem that can be solved through policy. Students must come up with a social policy that maximizes benefits while also working through potential side-effects and collateral of an intervention.

Benefits of Problem Based Learning

There are numerous benefits of PBL for students. According to Nilson (2010), PBL promotes:

  • development of critical thinking skills
  • problem-solving abilities
  • communication skills
  • how to handle project management demands
  • oral and written communication
  • researching and information literacy
  • self-awareness
  • understanding of group dynamics
  • leadership and teamwork
  • self-directed learning

Case Studies

1. invasive species.

Students in environmental studies are given a problem-based assignment on an invasive species. The teacher provides a little early support as possible, simply instructing each group to identify the species and develop an action plan to mitigate its impact.

The students form work teams and conduct a brainstorming session on which invasive species exist in a nearby habitat. Then they examine the impact of the species in great detail, identifying the origin of the species, how it effects other plant and wildlife, human activities connected to the problem, and trajectories of consequences in the future.

Once that thorough analysis has occurred, students then begin exploring possible solutions. They have to construct a detailed plan of action and carefully consider the short and long-term effects of each step.

The plan should include government policy, educational programs, and scientific research programs that should be put in place to monitor their plan’s results.

2. Collaborative PBL: Home for the Handicapped

Real-world problems often require an interdisciplinary approach. That means professionals from different backgrounds and perspectives have to collaborate, which is sometimes easier said than done.

In this project, architecture and product design students have to work together to design a house suitable for the handicapped. This means that the floorplan must be easily navigated and that furniture and appliances have to be modified.

The project can be as demanding as the instructors require, from simply making the plans on paper, to actually constructing mock-ups of products and having them tested by affected individuals.

3. Cybersecurity

Issues related to cybersecurity as a result of globalization and technological dependence continue to escalate. Therefore, in addition to teaching future programmers about how to write gaming code, students also need to develop expertise in more serious issues.

Cybersecurity presents an opportunity for students to work in teams on a real-world issue that can have serious consequences. Students are assigned to develop a protocol to protect a nuclear reactor or financial depository.

The programs they design have to be able to handle a variety of potential threats, both internal and external. To make the assignment more realistic, the instructor will activate several programs designed to attack the organization the students are supposed to protect.

Not only do the students need to create programs that defend the organization, but they also must devise protocols to activate in case of a successful breach.

4. Design a Board Game

Students are eager to express their creativity and enjoy working independent of a lot of rules and restrictions. These characteristics are well-suited for PBL activities and result in greater student engagement and deep learning.

Recognizing these features of PBL has led to one teacher giving the students the task of designing their own board game. The facilitator/teacher leaves everything up to the students, and only supplies a set of dice.

The students then hold a class-wide brainstorming session on possible game themes. Once a list is generated, they divide up into teams based on common interests. The facilitator distributes the dice to each group and then steps aside.

The students then get to work on formulating the rules of the game and working out the process of how to play. Eventually they get to the point of being ready to construct a game prototype.

At the end, each team gets to play each other’s games and then engage in a reflection activity. Reflection can involve a worksheet or class discussion, as students consider their performance in the task and key learning outcomes they may have experienced.

5. Increasing Voter Registration

Voter turnout has been low in the U.S. for quite some time. For a democracy, this is not only a problem of people’s voices not being heard, but it can reflect feelings of disappointment in the political process as well.

To address these issues, students in a political science course must work together to understand the issues impacting low voter turnout and devise an action plan to address those factors.

The students start by researching the causal factors through a variety of methods. They might read the relevant literature on the subject, and/or conduct interviews and surveys involving non-voters.

By thoroughly understanding the issues, they can then formulate a plan to encourage voter turnout. That plan is completely up to them. It is important that the facilitator/course instructor provide as little intervention or assistance as possible.

Problem-based learning is a great way for students to learn. Instead of reading a textbook, writing term papers, or listening to hours of lectures, student take an active role in the learning process.

It starts with the instructor, referred to as a facilitator, simply presenting an open-ended problem in a real-world scenario. The students are then given an opportunity to work collaboratively to examine the problem and develop a solution.

Students benefit from this type of learning activity in numerous ways. They learn how to work with others, gain experience and insights into leadership and group dynamics, and develop critical thinking and problem-solving skills.

But perhaps the most significant benefit, is that students become more engaged and enthusiastic about the learning process.

Ali, S. S. (2019). Problem based learning: A student-centered approach. English language teaching , 12(5), 73-78.

Duch, B. J., Groh, S. E, & Allen, D. E. (Eds.). (2001). The power of problem-based learning . Sterling, VA: Stylus.

Hmelo-Silver, C.E., Eberbach, C. (2012). Learning theories and problem-based learning. In: Bridges, S., McGrath, C., Whitehill, T. (Eds.), Problem-based learning in clinical education (pp. 3-17). Innovation and Change in Professional Education, vol 8. Springer, Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-94-007-2515-7_1

Malmia, W., et al. (2019). Problem-based learning as an effort to improve student learning outcomes. Int. J. Sci. Technol. Res, 8 (9), 1140-1143.

Moust, J., Bouhuijs, P., & Schmidt, H. (2021). Introduction to problem-based learning: A guide for students. London: Routledge.

Nilson, L. B. (2010).  Teaching at its best: A research-based resource for college instructors  (2nd ed.).  San Francisco, CA: Jossey-Bass. 

Wirkala, C., & Kuhn, D. (2011). Problem-based learning in K–12 education: Is it effective and how does it achieve its effects? American Educational Research Journal, 48 (5), 1157–1186. https://doi.org/10.3102/0002831211419491

Dave

Dave Cornell (PhD)

Dr. Cornell has worked in education for more than 20 years. His work has involved designing teacher certification for Trinity College in London and in-service training for state governments in the United States. He has trained kindergarten teachers in 8 countries and helped businessmen and women open baby centers and kindergartens in 3 countries.

  • Dave Cornell (PhD) https://helpfulprofessor.com/author/dave-cornell-phd/ 25 Positive Punishment Examples
  • Dave Cornell (PhD) https://helpfulprofessor.com/author/dave-cornell-phd/ 25 Dissociation Examples (Psychology)
  • Dave Cornell (PhD) https://helpfulprofessor.com/author/dave-cornell-phd/ 15 Zone of Proximal Development Examples
  • Dave Cornell (PhD) https://helpfulprofessor.com/author/dave-cornell-phd/ Perception Checking: 15 Examples and Definition

Chris

Chris Drew (PhD)

This article was peer-reviewed and edited by Chris Drew (PhD). The review process on Helpful Professor involves having a PhD level expert fact check, edit, and contribute to articles. Reviewers ensure all content reflects expert academic consensus and is backed up with reference to academic studies. Dr. Drew has published over 20 academic articles in scholarly journals. He is the former editor of the Journal of Learning Development in Higher Education and holds a PhD in Education from ACU.

  • Chris Drew (PhD) #molongui-disabled-link 25 Positive Punishment Examples
  • Chris Drew (PhD) #molongui-disabled-link 25 Dissociation Examples (Psychology)
  • Chris Drew (PhD) #molongui-disabled-link 15 Zone of Proximal Development Examples
  • Chris Drew (PhD) #molongui-disabled-link Perception Checking: 15 Examples and Definition

1 thought on “18 Problem-Based Learning Examples”

' src=

Thanks. Most helpful.

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

dunia dosen

Home » Informasi » Problem Based Learning : Pengertian, Karakteristik, Manfaat, Contoh

Problem Based Learning : Pengertian, Karakteristik, Manfaat, Contoh

  • February 6, 2023

Admin Dunia Dosen

  • No Comments
  • 15,198 views

Problem Based Learning

Metode pembelajaran problem based learning menjadi pembahasan hangat, apalagi menjadi bagian dari pelaksanaan kebijakan baru di dunia pendidikan Indonesia. Metode pembelajaran ini diharapkan Kemdikbud diterapkan di sekolah sampai perguruan tinggi. 

Bagi beberapa tenaga pendidik, istilah yang mengarah ke metode pembelajaran menarik ini mungkin masih asing di telinga, Lantas, apa problem based learning itu? Bagaimana contoh penerapannya?

Apa Itu Problem Based Learning?

Problem based learning merupakan metode pembelajaran yang menuntut para peserta didik (siswa dan mahasiswa) untuk aktif memanfaatkan berbagai kecerdasan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. 

Dalam bahasa Indonesia, problem based learning diartikan menjadi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Sesuai namanya, secara sederhana metode ini memberikan suatu masalah kepada peserta didik untuk kemudian diselesaikan dengan baik. 

Sehingga melalui metode pembelajaran ini peserta didik akan terasah keterampilannya berpikir kritis, melakukan analisis, dan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah yang diberikan. Dalam prosesnya, berbagai keterampilan baik hardskill maupun softskill akan terasah.  

Kenali Problem Based Learning Menurut Ahli

Supaya lebih paham lagi definisi dari problem based learning ini, maka simak beberapa definisi yang dipaparkan sejumlah ahli berikut: 

Duch menjelaskan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

Sehingga PBL mengacu pada metode pembelajaran berkelompok. Pendidik akan mengarahkan peserta didik membentuk kelompok. Kemudian semua member dalam kelompok bekerjasama menyelesaikan suatu permasalahan. 

Arends 

Arends menyebut, PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Gd. Gunantara 

Sementara, Gd. Gunantara menjelaskan PBL sebagai suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata.

Sehingga masalah yang diberikan kepada peserta didik diutamakan masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat. Hal ini akan membantu peserta didik memiliki solusi atas masalah nyata yang mungkin dihadapi orang sekitarnya. 

Glazer 

Glazer juga memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan PBL, Menurutnya PBL adalah suatu strategi pengajaran di mana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.

Shoimin 

Terakhir adalah definisi dari Shoimin, dimana PBL dijelaskan sebagai menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari. Sehingga diharapkan peserta didik siap dengan masalah nyata di kehidupan mereka. 

Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Aris Shoimin, metode pembelajaran problem based learning memiliki beberapa karakteristik khas, yaitu: 

1. Berpusat pada Peserta Didik 

Karakteristik pertama adalah berpusat pada peserta didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, fokus utama adalah di peserta didik. Peserta didik diharapkan lebih aktif dalam belajar, bertanya, dan praktek langsung. 

2. Fokus ke Masalah Autentik 

Karakteristik PBL yang kedua adalah fokus ke masalah autentik atau masalah asli alias masalah nyata. Jadi, meskipun memberikan suatu masalah kepada peserta didik tentunya bukan masalah rekayasa melainkan masalah real di lapangan. 

3. Peserta Didik Belajar Secara Mandiri 

Problem based learning ketika diterapkan pada akhirnya peserta didik akan belajar secara mandiri, atau lebih banyak demikian. Kenapa? Sebab mereka fokus menyelesaikan masalah yang diberikan pendidik dan berpikir sendiri selama proses penyelesaian. 

4. Pelaksanaan Berbasis Kelompok 

PBL tidak bisa atau kurang tepat jika diterapkan dengan cara perorangan, idealnya dibentuk kelompok. Sehingga pendidik perlu membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk kemudian menyelesaikan satu masalah bersama-sama. 

5. Pendidik Berperan sebagai Fasilitator 

Karakteristik yang terakhir dari PBL adalah pendidik hanya berperan sebagai fasilitator. Sehingga memberikan kisi-kisi dalam membantu peserta didik menyelesaikan masalah. Eksekusi seluruhnya dilakukan peserta didik itu sendiri. 

Baca Juga :

Metode Pengajaran yang Cocok Saat Puasa

Aneka Metode Mengajar dan Kunci Jadi Dosen Menarik

10 Cara Mengajar Dosen yang Disukai Mahasiswa

Manfaat Penerapan Metode PBL

Menerapkan pembelajaran problem based learning kemudian memberikan banyak sekali manfaat, khususnya bagi peserta didik. Manfaat penerapan metode problem based learning diantaranya: 

1. Mengembangkan Kemandirian Peserta Didik 

Peserta didik yang fokus dalam menyelesaikan masalah di PBL kemudian akan aktif berpikir kreatif dan mencari solusi terbaik secara mandiri. Maka PBL bermanfaat meningkatkan kemandirian mereka dan siap terjun di masyarakat sebagai pribadi yang dewasa. 

2. Mendorong Partisipasi Aktif di Kelas 

PBL mampu mendorong peserta didik lebih aktif ketika belajar di dalam kelas maupun luar kelas karena mereka akan berusaha segera memecahkan masalah, mempresentasikannya, dan siap berdebat. 

3. Mengembangkan Berbagai Keterampilan 

Menyelesaikan suatu masalah tidak cukup hanya paham teori, melainkan bisa mempraktekannya langsung. Beberapa masalah membutuhkan alat bantu, maka banyak keterampilan bisa ikut terasah saat PBL diterapkan. 

4. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama 

Problem based learning berbasis kelompok, maka dalam prosesnya peserta didik akan belajar bagaimana bekerjasama. Kemampuan bekerjasama termasuk keterampilan mumpuni yang banyak dibutuhkan di dunia kerja. 

5. Membentuk Penghargaan Intrinsik 

Lewat metode PBL, maka penghargaan kepada prestasi peserta didik tidak hanya sekedar nilai akademik. Melainkan memberi penghargaan intrinsik. Misalnya puas berhasil menyelesaikan masalah, puas bisa mempresentasikan solusinya, dan lain-lain. 

Ciri Khas Metode PBL

Jika membahas mengenai PBL maka akan membahas juga mengenai ciri khasnya, diantaranya: 

  • PBL dimulai dengan memberikan suatu masalah ke peserta didik. 
  • Masalah adalah masalah di dunia nyata dan berhubungan dengan peserta didik. 
  • Mengorganisasikan masalah di suatu bidang keilmuan. 
  • Peserta didik memiliki tanggung jawab maksimal membentuk proses pembelajaran. 
  • Peserta didik dibentuk menjadi kelompok. 
  • Peserta didik diwajibkan mempresentasikan solusi atas masalah yang diberikan pendidik. 

Kelebihan dan Kekurangan Menerapkan Metode Ini

Sebagai salah satu metode pembelajaran yang dinilai lebih baik dari metode lawas, problem based learning ternyata punya kelebihan sekaligus kekeringan. Adapun kelebihan metode PBL adalah: 

  • Mendidik peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan terampil. 
  • Meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. 
  • Peserta didik bisa terbiasa belajar dari sumber kredibel dan relevan dengan masalah. 
  • Pembelajaran menjadi kondusif karena peserta didik aktif belajar dan fokus menyelesaikan masalah yang diberikan pendidik. 

Adapun kekurangan dari PBL sendiri juga tetap bisa ditemukan dan berikut adalah beberapa diantaranya:

  • Tidak bisa diterapkan ke semua materi pembelajaran, sehingga sifatnya tertentu saja. 
  • Waktu pembelajaran menjadi panjang karena menyelesaikan masalah tidak bisa hanya satu atau dua jam. 
  • Jika peserta didik tidak terbiasa menyelesaikan masalah maka waktu pengerjaan lebih lama dan bahkan mungkin tidak mau mengerjakan. 
  • Jika jumlah peserta didik terlalu banyak maka pendidik bisa kesulitan melakukan koordinasi dan pembagian kelompok. 

Contoh Penerapan yang Bisa Diikuti Dosen

Adapun salah satu contoh dari penerapan problem based learning adalah sebagai berikut dengan masalah “pencemaran udara”: 

1. Penyajian masalah

  • Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
  • Guru membagikan artikel kepada setiap kelompok mengenai polusi udara dan dampak yang ditimbulkan akibat polusi udara secara eksplisit.
  • Guru bertanya kepada siswa bagaimana cara menanggulangi dampak dari pencemaran udara.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

  • Dengan bantuan lembar kerja, guru/dosen membimbing siswa merumuskan masalah dan menyusun hipotesis

3. Membimbing penyelidikan kelompok

  • Guru membimbing siswa melakukan investigasi sesuai petunjuk pada lembar kerja  untuk membuktikan hipotesis.
  • Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi dan berdiskusi untuk menjawab rumusan masalah.

4. Menyajikan hasil karya

  • Siswa menyusun laporan sementara hasil investigasi dan pemecahan masalah.
  • Siswa melakukan presentasi untuk mengemukakan hasil investigasi.
  • Guru membimbing kegiatan tanya jawab

Problem based learning adalah metode pembelajaran yang menuntut para peserta didik (siswa dan mahasiswa) untuk aktif memanfaatkan berbagai kecerdasan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. 

Kelebihan problem based learning diantaranya (1) mendidik peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan terampil, (2) meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, (3) membiasakan belajar dari sumber kredibel dan relevan dengan masalah.

Bingung menentukan metode pembelajaran selama kuliah? Berikut berbagai macam metode yang bisa Anda pertimbangkan.

Apa Itu Hybrid Learning? Pahami Kelebihan dan Kekurangannya

Student Centered Learning, Mari Mengenal Pendekatan Ini

Micro Teaching: Pengertian, Sejarah, Fungsi, dan Aspek-Aspeknya

contoh problem solving learning

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

RELATED POST

kalau mau jadi dosen

Ini 7 Hal yang Harus Kamu Siapkan Kalau Mau Jadi Dosen

beasiswa s3 belanda

Pilihan Program Beasiswa S3 Belanda

insentif dosen

Jenis Program Insentif Dosen dan Besar Nominalnya

beasiswa s3 singapura

6 Program Beasiswa S3 Singapura, Banyak yang Fully Funded

pencatutan nama

Pencatutan Nama dan Sanksi yang Dihadapi Pelakunya

pencatutan nama dosen

Isu Pencatutan Nama Dosen Malaysia dalam Publikasi Dekan Unas

[UPDATE] Info Pelatihan Pekerti-AA 2023

[UPDATE April-Mei 2024] Daftar Pelatihan Pekerti-AA

DOWNLOAD EBOOK GRATIS ⚠️Hanya Bisa Didownload Selama Ramadan

contoh problem solving learning

Baca Juga Artikel Lainnya

beasiswa s3 belanda

  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi

Get Started

  • Daftar Kontributor
  • S&K Kontributor
  • Menerbitkan Buku

Hubungi kami

  • Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email :  [email protected]

Telpon : 081362311132

Dunia Dosen

Dunia Dosen

Dunia Dosen adalah portal informasi seputar dosen yang telah hadir sejak tahun 2016. Dunia Dosen memiliki visi untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, serta produktivitas rekan-rekan dosen dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk negeri.

  • Tim Redaksi

Hubungi Kami

  • [email protected]
  • 081362311132

2024 © All Reserved – Dunia Dosen

Logo for Minnesota Libraries Publishing Project

Want to create or adapt books like this? Learn more about how Pressbooks supports open publishing practices.

79 Problem-Based Lesson Plan Template

Problem-based lesson plan template.

For additional information on Problem-based instruction, please visit our Teaching Strategies page of the MNSU Instructional Design Services .  In order to implement a problem-based instruction lesson in your classroom, there are a few planning steps to consider.  Fill in the blanks with your lesson-specific information in order to plan your problem-based lesson.

1. Develop clear and measurable learning objectives (including cognitive and behavioral objectives) – based on Bloom’s Taxonomy

  • Students will be able to {verb} {noun}.

Ex: Students will demonstrate the methods of organismal biologists, including observation, phylogenetics, experimentation, and form/function studies.

2. Identify the learning resources students will need to access at home before coming to class.  These resources are generally what you would normally do in a traditional lecture format class (lecture, videos, etc)

  • Reading materials
  • Watch instructional video xxx (name of the video) for xx minutes http://www …
  • Exercise on worksheets, if any
  • Suggest other learning resources

Ex:  Before class on Thursday, please watch instructional video #1.

Learning Resources my lesson will include:

  • __________________________________

Technology Resources I will need to create the pre-class learning resources:

3. Prepare the real-world, contextual problem that students will use to explore the content.  You can either create a problem or select one from an existing problem bank.  Follow the guidelines below for both selecting and creating a problem.

Garner’s (2010) suggested PBL problem elements:

  • The topic of concern captures the attention and interest of participating students.
  • Students are required to make judgments and decisions by analyzing a variety of options in choosing their best course of action.
  • The proposed problem has a level of complexity that involves all team members in the data gathering and decision-making phases.
  • Questions are open-ended and invite group members to participate.
  • There is a direct connection between the PBL scenario and course learning outcomes.

Students should be able to answer the following four questions when working towards a problem solution:

  • What do I know (about the problem or issue)
  • What do I need to know to solve it?
  • How do I get that information?
  • How do I apply that information to determine a solution?

You can also use created problems from resources like the University of Delaware’s PBL Clearninghouse

My problem:

Ex: (From A Principles of Organismal Biology course)

200,000 people applied to be a part of the Mars colonization project. The 40 candidates that were selected have asked you, a biologist, to describe for them what plant or animal life might exist on Mars or what life might exist on Mars eventually through colonization, adaptation, and mutation. Based on your knowledge of Earth biology, what might a Mars plant or animal look like? How could you prepare the colonist for creatures or life they might encounter?

4. Define the procedures for in-Class problem analysis that your students will be completing. Let students know if they need to bring or prepare anything before class.   The idea is to create an active learning environment where students interact with the content and the instructor acts as a guide.   Activities should scaffold the students into the problem solution.

  • Establish ground rules for participation
  • Assign discussion groups or roles in the problem-solving process
  • Students define facts and significant information surrounding the problem
  • Pose challenging questions to further discussion
  • Students define objectives and possible solutions

Activities students will complete analyzing the problem:

Technology Resources my students will need to complete the analysis:

Ex: Create a graphic organizer of your choice (graphic, infographic, flyer, blog, etc) that  illustrates the lineages of life. Categorize them by one of the following: their biodiversity, anatomy, physiology, development, behavior, biogeography, fossil record,  or ecology.  Then hypothesize how the lineage might be extended to include extraterrestrial life and add those branches to your organizer.

5. Identify any post-analysis activities that your students will be completing.

  • Shift context – students see problem or solution from another point of view
  • Follow up discussion
  • Shift time frame – “what’s next?”, “How could this situation be different?”

Activities students will complete post-analysis:

Technology Resources my students will need to complete the post-analysis activities:

Ex: Write a counterargument to your problem solution.  Take the side of those who might not agree with your conclusions.  What alternatives or arguments against your theories exist?

  • Create the assessments that you will use for determining students’ mastery of the learning objectives.
  • Formative/Summative
  • Challenging questions
  • Interactive quizzes
  • Problem solution presentations

Ex: Using what you have learned in this class, present and describe a lifeform colonist might encounter in the Martian environment. Visuals, such as a drawing, would be useful to help the colonists identify possible lifeforms. Use the scientific method to present your lifeform hypothesis.

Assessment(s) I will use in my problem-based lesson:

Technology Resources my students will need to complete the assessment(s):

7. Verify that your assessments and activities align to the learning objectives.  Do they allow your students to demonstrate that they have achieved the learning objectives?

Maverick Learning and Educational Applied Research Nexus Copyright © 2021 by Minnesota State University, Mankato is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License , except where otherwise noted.

Share This Book

Zenius Fellow

contoh problem solving learning

  • UTBK-SBMPTN

Pengertian Problem Solving Beserta Teori dan Contoh Soalnya

  • Posted by by Maulia Indriana Ghani
  • Mei 10, 2022

Elo pernah main game tebak-tebakan, nggak? Misalnya, ada tiga orang, manakah yang termasuk pencuri? Nah, itu termasuk contoh problem solving. Apa pengertian problem solving? Gimana strategi penyelesaiannya? Yuk, kepoin!

Elo termasuk pencinta kopi, bukan? Biasanya, pencinta kopi itu kalau pagi-pagi sebelum beraktivitas, ya ngopi dulu. Kalau nggak ngopi, rasanya bakal lemas sepanjang hari, nggak bergairah.

Alhasil, kegiatan membuat kopi itu menjadi sesuatu yang elo lakukan secara otomatis tanpa proses berpikir panjang. Pokoknya langsung satsetsatset . Mulai dari menyiapkan cangkir, menuang kopi ke dalam cangkir, menambahkan gula, menuang air panas, mengaduk-aduk, dan yang terakhir, seruput, deh!

Membuat kopi biasa merupakan kegiatan yang dilakukan secara otomatis tanpa berpikir.

Lain halnya ketika elo mau membuat kopi ala coffee shop , misalnya latte art . Buat elo yang nggak biasa bikin latte art , kegiatan tersebut tentu membutuhkan proses berpikir, yang mencakup strategi dan perencanaan.

Misalnya, apa aja sih, yang gue butuhkan untuk membuat latte art ? Oh, gue butuh alatnya, bahan-bahan harus yang terbaik, lama proses pembuatannya juga perlu gue perhatikan supaya nggak telat berangkat sekolah, terakhir bentuk art -nya.

Membuat latte art membutuhkan proses berpikir panjang dan problem solving.

Kurang lebih, elo akan berpikir seperti itu, kan? Jadi, dalam menyelesaikan masalah atau problem solving itu elo akan menggunakan metode yang berbeda-beda. Misalnya pada contoh kasus kopi di atas, elo menggunakan metode planning perincian detail.

Kedua, ada metode perhitungan matematis. Jadi, elo menggunakan perhitungan dalam menyelesaikan suatu masalah. Selanjutnya, ada metode trial-error , elo coba, gagal, elo ulang lagi sampai berhasil.

Nah, cara terbaik untuk solve problem adalah elo harus tahu konteks masalah dan informasi yang elo punya terlebih dahulu untuk mendapatkan metode yang paling cocok digunakan. Namun, elo nggak harus memilih salah satu dari ketiga cara tersebut, kok. Elo bisa mengombinasikan ketiga cara tersebut untuk mendapatkan solusi yang terbaik.

Oke, contohnya bakal gue bahas setelah elo memahami pengertian problem solving di bawah ini, ya.

Apa Itu Problem Solving?

Elo pasti sering mendengar istilah problem solving , kan? Di sekolah pun kita dididik untuk memiliki skill yang satu ini. Nggak cuma di sekolah, kok. Dunia kerja pun membutuhkan orang-orang dengan skill tersebut.

Pasalnya, problem solving adalah bagian dari keterampilan atau kecakapan intelektual seseorang. Tanpa memahami dan memiliki skill tersebut, akan sulit rasanya saat elo menghadapi berbagai masalah atau hambatan dalam hidup.

Kita bisa mendefinisikan pengertian problem solving sebagai proses identifikasi masalah, mengembangkan solusi yang mungkin bisa digunakan, dan mengambil tindakan yang tepat dari pilihan solusi tersebut.

Oke, sekarang kita tahu nih, kalau problem solving itu secara istilah use logic atau menggunakan logika berpikir dan prosedur efektif untuk menyelesaikan suatu masalah setepat dan sesimpel mungkin.

Baca Juga : 5 Cara Melatih Logika Berpikir Supaya Lolos Tes Logika Penalaran

Jadi, jelas ya, bahwa tujuan problem solving itu untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu, untuk melatih orang-orang dalam menghadapi permasalahan dan hambatan, mendapatkan langkah terbaik untuk menyelesaikan permasalahan, dan melatih orang untuk bertindak di situasi baru.

Ada nggak sih, pengertian problem solving secara teoritis? Ada. Teori problem solving yang akan gue angkat kali ini berdasarkan pendapat Marzano dkk (1988), bahwa problem solving adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan permasalahan.

Nah, kalau di sekolah, tujuan problem solving ini untuk memecahkan masalah dalam pelajaran matematika, sains, dan ilmu sosial. Contohnya gimana, sih? Penasaran? Oke, lanjut ke poin berikutnya, ya.

Strategi Problem Solving

Coba deh, elo perhatikan soal dan penyelesaiannya di bawah ini!

contoh soal problem solving dan pembahasannya tentang roti bakar asin manis.

Gimana, kebayang nggak sama cara di atas? Gue rincikan penyelesaiannya supaya elo bisa lebih mudah dalam memahaminya, ya.

Pertama, elo perhatikan dulu data yang disajikan. Dari data tersebut, elo bisa memperoleh informasi penting atau aturan-aturan suatu masalah. Ingat, bahwa aturan itu untuk elo perhatikan dan ikuti, bukan kontradiksi atau kebalikan dari aturan itu, ya!

Baca Juga : Mengenal Kesalahan Logika Beban Pembuktian

Selanjutnya, elo proses dan analisis datanya hingga menghasilkan solusi.

Dari contoh kasus tersebut, kita memperoleh satu hal penting. Hal penting apa, sih? Dari situ kita belajar, bahwa untuk memecahkan masalah secara tepat, kita perlu mengikuti serangkaian tahapan.

Kita bisa menyebut rangkaian tahapan tersebut sebagai strategi problem solving . Ada yang gue suka, nih. Bransford dan Stein (1993), memperkenalkan strategi problem solving dengan akronim IDEAL.

IDEAL = Identify, Define, Explore, Act dan Look

Gue uraikan satu per satu, ya.

I → Identify Problem

Pada tahap ini, elo perlu mengidentifikasi masalahnya terlebih dahulu. Karena, masalah itu kadang nggak sesederhana itu, guys.

Dalam beberapa kasus, orang-orang mungkin saja salah menafsirkan atau mengidentifikasikan masalah. Alhasil, upaya problem solving yang dilakukan nggak seefektif dan seefisien yang diharapkan, iya nggak?

Strategi yang bisa elo gunakan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan mengenai masalah tersebut, cari tahu seluk-beluk permasalahan itu—bisa menjawab apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana.

Elo juga bisa memecah atau mengklasifikasikan permasalahan menjadi bagian yang lebih kecil. Lihat juga masalah itu dari berbagai sudut pandang. Kalau udah, elo bisa lanjut ke tahap selanjutnya.

D → Define Goal

Setelah identifikasi masalah, elo juga perlu mendefinisikan suatu masalah secara detail. Untuk apa? Tentu saja untuk dapat solve problem tersebut.

Cari tahu aspek mana sih, yang termasuk fakta, dan mana yang termasuk opini. Bedakan hal itu. Kemudian, definisikan masalah secara jelas dan identifikasi solusinya.

E → Explore Possible Strategies

Selanjutnya, gali solusinya. Manakah solusi yang paling potensial untuk memecahkan masalah tersebut?

Di tahap ini, elo perlu mengumpulkan banyak ide, sebanyak-banyaknya, ya.

Kalau udah ada banyak ide, langkah selanjutnya adalah mengembangkan strategi. Elo bisa menggunakan strategi heuristik, yaitu menemukan solusi berdasarkan pengalaman masa lalu yang mirip dengan masalah sekarang.

Atau menggunakan strategi algoritma, yaitu menemukan solusi dengan cara bertahap untuk mendapatkan solusi yang lebih akurat. Namun, tentu saja strategi algoritma lebih lama, karena elo harus merinci lebih detail dalam menyelesaikan masalahnya.

A → Anticipate Outcomes and Act

Setelah strategi tertentu dipilih, elo mulai melaksanakan strategi tersebut di tahap ini. Kira-kira, strategi yang udah gue pilih ini akan berhasil atau nggak, ya? Langkah ini sudah betul atau belum, ya? Efektif atau nggak, ya?

Selain menggunakan strategi, elo juga masih perlu memantau situasi. Pastikan bahwa masalah yang sedang diselesaikan sekarang itu nggak menimbulkan masalah baru.

L → Look back and Learn

Setelah solusi tercapai, bukan berarti elo bisa melenggang pergi gitu aja, ya. Kaji kembali solusi yang sudah dilaksanakan dan evaluasi dampaknya.

Kalau di sekolah, setelah elo menyelesaikan suatu soal, misalnya matematika, elo cek lagi hasilnya. Perhitungan elo udah benar atau ada yang keliru? Elo udah menggunakan cara yang tepat atau belum? Elo tadi baca soalnya teliti atau nggak? Begitu, kan?

Kalau semuanya sudah oke, artinya elo berhasil menyelesaikan suatu masalah. Kalau masih belum berhasil, elo coba lagi, ulang dari awal. Artinya, elo sedang menggunakan metode trial-error .

Gimana, paham sampai sini? Kalau elo masih kurang greget sama uraian di atas, jangan khawatir. Karena, elo bisa pelajari materi problem solving pakai animasi di video belajar Zenius dengan klik banner di bawah ini.

materi bahasa indonesia

Contoh Soal Problem Solving dan Pembahasan

Setelah memahami uraian mengenai pengertian problem solving di atas, artinya elo udah siap menyelesaikan berbagai permasalahan dari soal-soal di bawah ini. Cekidot !

Contoh Soal 1

Zahra mengikuti acara amal dan ia kebagian mengumpulkan amplop-amplop yang berisi uang dari penyumbang. Amplop-amplop tersebut berisi uang kertas. Semua amplopnya berisi tiga uang kertas, namun ada juga beberapa amplop yang berisi satu, dua atau tiga nota (bukan uang). Semua uang kertas bisa bernilai Rp1.000, Rp5.000, Rp10.000, atau Rp20.000. Berapa jumlah uang terkecil yang nggak mungkin ada di dalam sebuah amplop?

A. Rp2.000.

B. Rp3.000.

C. Rp4.000.

D. Rp6.000.

E. Rp7.000.

Jawab: C. Rp4.000 .

Pembahasan:

Dari bacaan, kita peroleh kemungkinan-kemungkinan munculnya jumlah uang.

  • Tiga uang = 3U.
  • Satu nota bukan uang (artinya ada dua uang) = 2U + 1N.
  • Dua nota bukan uang (artinya ada satu uang) = 1U + 2N.
  • Tiga nota = 3N.

Uang yang ada di dalam amplop senilai Rp1.000, Rp5.000, Rp10.000, atau Rp20.000.

Nah, ditanyakan jumlah uang terkecil yang nggak mungkin ada dalam amplop. Kita coba satu per satu pilihan ganda di atas, berdasarkan aturan dari poin-poin yang udah dibuat ya.

Opsi A → Rp2.000.

Kita bisa peroleh dari 2U + 1N = Rp1.000 + Rp1.000 + nota = Rp2.000. Jadi, bukan opsi A jawabannya, ya.

Opsi B → Rp3.000.

Kita bisa memperolehnya dari 3U = Rp1.000 + Rp1.000 + Rp1.000 = Rp3.000. Jadi, bukan opsi B jawabannya, ya.

Opsi C → Rp4.000.

Kita coba satu per satu. Dimulai dari 3U dulu, ya. 3U akan menghasilkan Rp3.000, Rp7.000, dan seterusnya yang jumlahnya akan semakin besar. Nggak mungkin.

2U + 1N akan menghasilkan Rp2.000, Rp6.000, dan seterusnya.

1U + 2N akan menghasilkan Rp1.000, Rp5.000, dan seterusnya.

Artinya, kita nggak bisa memperoleh uang total Rp4.000 di dalam amplop. Jawabannya C, ya.

Penasaran sama opsi lainnya? Udah ketemu jawabannya, opsi D menghasilkan Rp6.000, ada ya dari 2U + 1N. Kemudian, opso E yaitu Rp7.000 diperoleh dari 3U. Kemungkinan, ada amplop yang totalnya Rp6.000 dan Rp7.000.

Jadi, jumlah uang terkecil yang nggak mungkin ada di dalam sebuah amplop adalah Rp4.000.

Contoh Soal 2

Perhatikan gambar di bawah ini!

Bus di Indonesia yang sedang melaju ke kanan atau ke kiri.

Kalau kita lihat dari gambar bus di Indonesia yang sedang melaju di jalanan, kira-kira bus tersebut melaju ke arah kanan atau kiri?

Gue tantang elo untuk menjawab pertanyaan di atas. Ada yang bisa jawab, nggak?

Ayo, belajar jadi detektif! Elo identifikasi kasus di atas, kemudian cari strategi dan solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan permasalahannya. Kalau udah, cantumkan jawaban elo di kolom komentar, ya!

Kalau bingung atau mau intip pembahasannya, elo bisa meluncur ke video contoh soal dan pembahasan problem solving teka-teki di sini .

Wah, nggak kerasa bahasan kita udah di ujung, nih. Sampai sini udah paham tentang pengertian problem solving, teori, tujuan, strategi, dan contoh soalnya? Kalau elo lebih suka belajar dengan nonton video, elo bisa mengakses materi UTBK lainnya di video Zenius. Elo juga bisa mencoba melatih kemampuan dengan level soal yang mirip UTBK beneran di Try Out bareng Zenius .

Kalau elo mau berlatih mengerjakan berbagai soal menarik, gampang banget! Elo bisa segera langganan paket Zenius dengan klik gambar di bawah ini!

SKU-BELI-PAKET-BLJR

Baca Juga : Panduan Belajar dan Soal Pola Gambar UTBK TPS/TPA

Overview of the Problem-Solving Mental Process — Verywell Mind (2022).

Problem Solving : Signifikansi, Pengertian, dan Ragamnya — Satya Widya, Vol 28, No. 2 (2012).

Pembelajaran Matematika Model Ideal Problem Solving dengan Teori Pemrosesan Informasi Untuk Pembentukan Pendidikan Karakter dan Pemecahan Masalah Materi Dimensi Tiga Kelas X SMA — Pythagoras, Vol. 7, No. 2 (2012).

Leave a Comment

Tinggalkan balasan batalkan balasan.

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

contoh problem solving learning

Mengenal Metode Pembelajaran Problem Based Learning, Guru & Siswa Harus Tahu

ilustrasi guru dan murid

Ada banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam dunia pendidikan, salah satunya metode problem based learning atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai model pembelajaran berbasis masalah.

Melansir jurnal 'Pembelajaran Bebasis Masalah (Problem Based Learning)' karya Hardika Saputra, problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, mengembangkan kemandirian belajar, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Ciri-ciri Problem Based Learning

Dalam pelaksanaannya, metode problem based learning dilakukan dengan berfokus pada keaktifan siswa, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masih melansir dari jurnal 'Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)', ciri-ciri dari problem based learning, yaitu:

1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan

Pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang nyata dan penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan harus memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.

2. Keterkaitan dengan Berbagai Disiplin Ilmu

Masalah yang diajukan dalam proses pembelajaran sebaiknya berkaitan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.

3. Penyelidikan yang Autentik

Penyelidikan dilakukan pada masalah yang autentik. Selain itu, penyelidikan juga diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Dalam penyelidikan, siswa akan menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan, dan membuat hipotesis, serta menggambarkan hasil akhir.

4. Menghasilkan Karya

Pada problem based learning, siswa bertugas untuk menyusun hasil penelitiannya dalam sebuah karya dan menunjukkan hasilnya. Artinya, siswa diminta untuk membuat laporan dari hasil penyelesaian masalah.

5. Kolaborasi

Pada problem based learning, tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan secara kolaboratif. Kerja kolaboratif dapat dilakukan baik antarsiswa dalam kelompok besar atau kecil, maupun antara siswa dan guru.

Langkah-langkah Praktik Problem Based Learning

Dalam penerapannya, metode problem based learning terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa pada masalah. Kemudian, metode pembelajaran diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Berikut ini langkah-langkah untuk menerapkan problem based learning.

1. Orientasi Siswa pada Masalah

Pertama-tama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk aktif memecahkan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipilih.

3. Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok

Guru berperan untuk mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dan melakukan eksperimen untuk mendapat penjelasan serta pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Dalam tahap ini, guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan bentuk laporan yang sesuai untuk menunjukkan hasil penyelidikan. Laporan dapat berbentuk laporan tertulis, video, atau model lainnya.

5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Langkah terakhir dari pelaksanaan problem based learning adalah guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang sudah dilewati.

Itu dia penjelasan mengenai pengertian, ciri-ciri, dan langkah-langkah menerapkan metode problem based learning . Apakah kamu siap menggunakan metode pembelajaran ini?

Apa Itu Refleksi? Ini Definisi dan Cara Melakukannya

Mengenal telapak kaki, struktur, dan titik-titik refleksinya, refleksi dalam dunia pendidikan, ini pengertian dan cara melakukannya, mengenal metode blended learning, solusi pendidikan melalui teknologi, refleksi kota bogor 2014-2024, bima arya ungkap sederet capaian kinerja, kisah tinah tan, pegiat chiropractic dua dekade betulkan tulang, 10 refleksi akhir tahun icmi tentang pandemi, demokrasi, pemulihan ekonomi, formappi refleksi kerja dpr 2021: tumpul, manut pemerintah.

Isa Bajaj Senang Belanja ke Pasar hingga Makan Makanan Ndeso

Universitas Indonesia

contoh problem solving learning

Universitas Gadjah Mada

contoh problem solving learning

Universitas Syiah Kuala

contoh problem solving learning

Universitas Diponegoro

contoh problem solving learning

Universitas Sumatera Utara

contoh problem solving learning

Insight Learning (Definition+ 4 Stages + Examples)

practical psychology logo

Have you ever been so focused on a problem that it took stepping away for you to figure it out? You can’t find the solution when you’re looking at all of the moving parts, but once you get distracted with something else - “A-ha!” you have it. 

When a problem cannot be solved by applying an obvious step-by-step solving sequence,   Insight learning occurs when the mind rearranges the elements of the problem and finds connections that were not obvious in the initial presentation of the problem. People experience this as a sudden A-ha moment.

Humans aren’t the only species that have these “A-ha” moments. Work with other species helped psychologists understand the definition and stages of Insight Learning. This video is going to break down those stages and how you can help to move these “a-ha” moments along. 

What Is Insight Learning? 

Insight learning is a process that leads to a sudden realization regarding a problem. Often, the learner has tried to understand the problem, but steps away before the change in perception occurs. Insight learning is often compared to trial-and-error learning, but it’s slightly different.

Rather than just trying different random solutions, insight learning requires more comprehension. Learners aim to understand the relationships between the pieces of the puzzle. They use patterns, organization, and past knowledge to solve the problem at hand. 

Is Insight Learning Only Observed In Humans? 

Humans aren’t the only species that learn with insight. Not all species use this process - just the ones that are closest to us intellectually. Insight learning was first discovered not by observing humans, but by observing chimps. 

In the early 1900s, Wolfgang Köhler observed chimpanzees as they solved problems. Köhler’s most famous subject was a chimp named Sultan. The psychologist gave Sultan two sticks of different sizes and placed a banana outside of Sultan’s cage. He watched as Sultan looked at the sticks and tried to reach for the banana with no success. Eventually, Sultan gave up and got distracted. But it was during this time that Köhler noticed Sultan having an “epiphany.” The chimp went back to the sticks, placed one inside of the other, and used this to bring the banana to him. 

Since Köhler’s original observations took place, psychologists looked deeper into the insight process and when you are more likely to experience that “a-ha” moment. There isn’t an exact science to insight learning, but certain theories suggest that some places are better for epiphanies than others. 

Four Stages of Insight Learning 

four stages of insight learning

But how does insight learning happen? Multiple models have been developed, but the four-stage model is the most popular. The four stages of insight learning are preparation, incubation, insight, and verification. 

Preparation

The process begins as you try to solve the problem. You have the materials and information in front of you and begin to make connections. Although you see the relationships between the materials, things just haven’t “clicked” yet. This is the stage where you start to get frustrated. 

During the incubation period, you “give up” for a short period of time. Although you’ve abandoned the project, your brain is still making connections on an unconscious level. 

When the right connections have been made in your mind, the “a-ha” moment occurs. Eureka! You have an epiphany! 

Verification

Now, you just have to make sure that your epiphany is right. You test out your solution and hopefully, it works! This is a great moment in your learning journey. The connections you make solving this problem are likely to help you in the future. 

Examples of Insight Learning

Insight learning refers to the sudden realization or understanding of a solution to a problem without the need for trial-and-error attempts. It's like a "light bulb" moment when things suddenly make sense. Here are some examples of insight learning:

  • The Matchstick Problem : Realizing you can light a match and use it to illuminate a dark room instead of fumbling around in the dark.
  • Sudoku Puzzles : Suddenly seeing a pattern or number placement that you hadn't noticed before, allowing you to complete the puzzle.
  • The Two Rope Problem : In an experiment, a person is given two ropes hanging from the ceiling and is asked to tie them together. The solution involves swinging one rope like a pendulum and grabbing it with the other.
  • Opening Jars : After struggling to open a jar, you remember you can tap its lid lightly or use a rubber grip to make it easier.
  • Tangram Puzzles : Suddenly realizing how to arrange the geometric pieces to complete the picture without any gaps.
  • Escape Rooms : Having an "aha" moment about a clue that helps you solve a puzzle and move to the next challenge.
  • The Nine Dot Problem : Connecting all nine dots using only four straight lines without lifting the pen.
  • Cooking : Realizing you can soften butter quickly by grating it or placing it between two sheets of parchment paper and rolling it.
  • Math Problems : Suddenly understanding a complex math concept or solution method after pondering it for a while.
  • Guitar Tuning : Realizing you can use the fifth fret of one string to tune the next string.
  • Traffic Routes : Discovering a faster or more efficient route to your destination without using a GPS.
  • Packing Suitcases : Figuring out how to fit everything by rolling clothes or rearranging items in a specific order.
  • The Crow and the Pitcher : A famous Aesop's fable where a thirsty crow drops pebbles into a pitcher to raise the water level and drink.
  • Computer Shortcuts : Discovering a keyboard shortcut that makes a task you frequently do much quicker.
  • Gardening : Realizing you can use eggshells or coffee grounds as a natural fertilizer.
  • Physics Problems : After struggling with a concept, suddenly understanding the relationship between two variables in an equation.
  • Art : Discovering a new technique or perspective that transforms your artwork.
  • Sports : Realizing a different way to grip a tennis racket or baseball bat that improves your game.
  • Language Learning : Suddenly understanding the grammar or pronunciation rule that was previously confusing.
  • DIY Projects : Figuring out a way to repurpose old items in your home, like using an old ladder as a bookshelf.

Where Is the Best Place to Have an Epiphany? 

But what if you want to have an epiphany? You’re stuck on a problem and you can’t take it anymore. You want to abandon it, but you’re not sure what you should do for this epiphany to take place. Although an “a-ha” moment isn’t guaranteed, studies suggest that the following activities or places can help you solve a tough problem. 

The Three B’s of Creativity 

Creativity and divergent thinking are key to solving problems. And some places encourage creativity more than others. Researchers believe that you can kickstart divergent thinking with the three B’s: bed, bath, and the bus. 

Sleep 

“Bed” might be your best bet out of the three. Studies show that if you get a full night’s sleep, you will be twice as likely to solve a problem than if you stay up all night. This could be due to the REM sleep that you get throughout the night. During REM sleep , your brain is hard at work processing the day’s information and securing connections. Who knows - maybe you’ll dream up the answer to your problems tonight!

sleeping as insight learning

Meditation 

The word for “insight” in the Pali language is vipassana. If you have ever been interested in meditation , you might have seen this word before. You can do a vipassana meditation at home, or you can go to a 10-day retreat. These retreats are often silent and are set up to cultivate mind-body awareness. 

meditation as insight learning

You certainly don’t have to sign up for a 10-day silent retreat to solve a problem that is bugging you. (Although, you may have a series of breakthroughs!) Try meditating for 20 minutes at a time. Studies show that this can increase the likelihood of solving a problem. 

Laugh! 

How do you feel when you have an epiphany? Good, right? The next time you’re trying to solve a problem, check in with your emotions. You are more likely to experience insight when you’re in a positive mood. Positivity opens your mind and gives your mind more freedom to explore. That exploration may just lead you to your solution. 

Be patient when you’re trying to solve problems. Take breaks when you need to and make sure that you are taking care of yourself. This approach will help you solve problems faster and more efficiently!

Insight Vs. Other Types Of Learning.

Learning by insight is  not  learning by trial and  error, nor by observation  and imitation. Learning by insight is a learning theory accepted by the Gestalt  school of psychology, which disagrees with the behaviorist  school, which claims that all learning occurs through conditioning from the  external environment.

Gestalt is a German word that approximately translates as ‘an organized whole  that has properties  and elements in addition to the sum of its parts .’ By viewing a problem as a ‘gestalt’ , the learner does not simply react to whatever she observes at the moment. She also imagines elements that could be present but are not and uses her imagination to combine parts of the problem that are presently not so combined in fact.  

Insight Vs. Trial And Error Learning

Imagine yourself in a maze-running competition. You and your rivals each have 10 goes. The first one to run the maze successfully wins $500. You may adopt a trial-and-error strategy, making random turning decisions and remembering whether those particular turns were successful or not for your next try. If you have a good memory and with a bit of luck, you will get to the exit and win the prize.

Completing the maze through trial and error requires no insight. If you had to run a different maze, you would have no advantage over running previous mazes with different designs. You have now learned to run this particular maze as predicted by behaviorist psychologists. External factors condition your maze running behavior. The cash prize motivates  you to run the maze in the first place. All maze dead ends act as punishments , which you remember not to repeat. All correct turns act as rewards , which you remember to repeat.

If you viewed the maze running competition as a gestalt, you might notice that it doesn't explicitly state in the competition rules that you must run along the designated paths to reach the exit.

Suppose you further noticed that the maze walls were made from cardboard. In that case, you may combine those 2 observations in your imagination and realize that you could just punch big holes in the walls or tear them down completely, to see around corners and directly run to the now visible exit.

Insight Vs. Learning Through Observation, Imitation, And Repetition

Observation, imitation, and repetition are at the heart of training. The violin teacher shows you how to hold your bow correctly; you practice your scales countless times before learning to play a sonata from Beethoven flawlessly. Mastering a sport or a musical instrument rarely comes from a flash of insight but a lot of repetition and error correction from your teacher.

Herbert Lawford, the Scottish tennis player, and 1887 Wimbledon champion, is credited for being the first player to play a topspin. Who could have taught it to him? Who could he have imitated? One can only speculate since no player at that time was being coached on how to hit topspin.

He could have only learned to play a topspin by having a novel insight. One possibility is that he played one by accident during training, by mistakenly hitting the ball at a flatter angle than normal. He could then have observed that his opponent was disorientated by the flatter and quicker bounce of the ball and realized the benefit of his ‘mistake’ .

Behaviorist theories of learning can probably explain how most successful and good tennis players are produced, but you need a Gestalt insight learning theory to explain Herbert Lawford.

Another interesting famous anecdote illustrating insight learning concerned Carl Friedrich Gauss when he was a 7-year-old pupil at school. His mathematics teacher seems to have adopted strict behaviorism in his teaching since the original story implies that he beat students with a switch.

One day the teacher set classwork requiring the students to add up all the numbers from 1 to 100. He expected his pupils to perform this calculation in how they were trained. He expected it to be a laborious and time-consuming task, giving him a long break. In just a few moments, young Gauss handed in the correct answer after having to make at most 2 calculations, which are easy to do in your head. How did he do it? Gauss saw the arithmetic sequence as a gestalt instead of adding all the numbers one at a time: 1+2+3+4…. +99+100 as he expected.

He realized that by breaking this sequence in half at 50, then snaking the last number (100) under the first number (1), and then adding the 2 halves of the arithmetic sequence like so:  

    1         +        2       +        3      +       4      +       5         +    ………….      +        48        +        49             +       50

100        +       99       +      98      +     97      +      96       +    …………...    +        53        +         52           +       51

101        +      101      +    101     +    101      +     101     +   …………….     +     101        +       101           +     101    

Arranged in this way, each number column adds up to 101, so all Gauss needed to do was calculate 50 x 101 = 5050.

Can Major Scientific Breakthroughs be made through observation and experiment alone?

Science is unapologetically an evidence-based inquiry. Observations, repeatable experiments, and hard, measurable data must support theories and explanations.

Since countless things can be observed and comparisons made, they cannot be done randomly for observations and experiments to advance knowledge. They must be guided by a good question and a  testable hypothesis. Before performing actual experiments and observations, scientists often first perform thought experiments . They think of ideal situations by imagining ways things could be or imaging away things that are.

Atoms were talked about long before electron microscopes could observe them. How could atoms be seriously discussed in ancient Greece long before the discoveries of modern chemistry? Pre-Socratic philosophers were puzzled by a purely philosophical problem, which they termed the problem of the one and many .  

People long observed that the world was made of many different things that didn't remain static but continuously changed into other various things. For example, a seed different from a tree changed into a tree over time. Small infants change into adults yet remain the same person. Boiling water became steam, and frozen water became ice.

Observing all of this in the world, philosophers didn’t simply take it for granted and aimed to profit from it practically through stimulus-response and trial and error learning. They were puzzled by how the world fit together as a whole.

To make sense of all this observable changing multiplicity, one needed to imagine an unobservable sameness behind it all. Yet, there is no obvious or immediate punishment or reward. Therefore, there seems to be no satisfying behaviorist reason behind philosophical speculations.

Thinkers such as Empedocles and Aristotle made associations between general properties in the world wetness, dryness, temperature, and phases of matter as follows:

  • Earth :  dry, cold     
  • Fire:  dry, hot
  • Water:  wet, cold
  • Air: hot or wet, depending on whether moisture or heat prevails in the atmosphere.

These 4 primitive elements transformed and combined give rise to the diversity we see in the world. However, this view was still too sensually based  to provide the world with sought-for coherence and unity. How could a multiplicity of truly basic stuff interact? Doesn't such an interaction presuppose something more fundamental in common?

The ratio of these 4 elements was thought to affect the properties of things. Stone contained more earth, while a rabbit had more water and fire, thus making it soft and giving it life. Although this theory correctly predicted that seemingly basic things like stones were complex compounds, it had some serious flaws.

For example, if you break a stone in half many times, the pieces never resemble fire, air, water, or earth.   

To account for how different things could be the same on one level and different on another level, Leucippus and his student Democritus reasoned that all things are the same in that they were made from some common primitive indivisible stuff but different due to the different ways or patterns in which this indivisible stuff or atoms could be arranged.

For atoms to be able to rearrange and recombine into different patterns led thinkers to the insight that if the atom idea was true, then logically, there had to be free spaces between the atoms for them to shift into. They had to imagine a vacuum, another phenomenon not directly observable since every nook and cranny in the world seems to be filled with some liquid, solid, or gas.  

This ancient notion of vacuum proved to be more than just a made-up story since it led to modern practical applications in the form of vacuum cleaners and food vacuum packing.

This insight that atoms and void exist makes no sense from a behaviorist learning standpoint. It cannot be explained in terms of stimulus-response or environmental conditioning and made no practical difference in the lives of ancient Greeks.  

For philosophers to feel compelled to hold onto notions, which at the time weren’t directly useful, it suggests that they must have felt some need to understand the universe as an intelligible ‘gestalt’ One may even argue that the word Cosmos, from the Greek word Kosmos, which roughly translates to ‘harmonious arrangement’ is at least a partial synonym.  

The Historical Development Of The Theory of Insight Learning

Wolfgang Kohler , the German gestalt psychologist, is credited for formulating the theory of insight learning, one of the first cognitive learning theories. He came up with the theory while first conducting experiments  in 1913 on 7 chimpanzees  on the island of Tenerife to observe how they learned to solve problems.

In one experiment, he dangled a banana from the top of a high cage. Boxes and poles were left in the cage with the chimpanzees. At first, the chimps used trial and error to get at the banana. They tried to jump up to the banana without success. After many failed attempts, Kohler noticed that they paused to think  for a while.  

After some time, they behaved more methodically by stacking the boxes on top of each other, making a raised platform from which they could swipe at the banana using the available poles. Kohler believed that chimps, like humans, were capable of experiencing flashes of insight, just like humans.

In another experiment, he placed a peanut down a long narrow tube attached to the cage's outer side. The chimpanzee tried scooping the peanut out with his hand and fingers, but to no avail, since the tube was too long and narrow. After sitting down to think, the chimp filled its mouth with water from a nearby water container in the cage and spat it into the tube.

The peanut floated up the tube within the chimp's reach. What is essential is that the chimp realized it could use water as a tool in a flash of insight, something it had never done before or never shown how  to do .  Kohler's conclusions contrasted with those of American psychologist Edward Thorndike , who, years back, conducted learning experiments on cats, dogs, and monkeys.

Through his experiments and research, Thorndike concluded that although there was a vast difference in learning speed and potential between monkey dogs and cats, he concluded that all animals, unlike humans, are not capable of genuine reasoned thought. According to him, Animals can only learn through stimulus-response conditioning, trial and error, and solve problems accidentally.

Kohler’s 4 Stage Model Of Insight Learning

From his observations of how chimpanzees solve complex problems, he concluded that the learning process went through the following 4 stages:

  • Preparation:  Learners encounter the problem and begin to survey all relevant information and materials. They process stimuli and begin to make connections.
  • Incubation: Learners get frustrated and may even seem to observers as giving up. However, their brains carry on processing information unconsciously.
  • Insight: The learner finally achieves a breakthrough, otherwise called an epiphany or ‘Aha’ moment. This insight comes in a flash and is often a radical reorganization of the problem. It is a discontinuous leap in understanding rather than continuous with reasoning undertaken in the preparation phase.
  • Verification: The learner now formally tests the new insight and sees if it works in multiple different situations. Mathematical insights are formally proved.

The 2 nd  and 3 rd  stages of insight learning are well described in anecdotes of famous scientific breakthroughs. In 1861, August Kekulé was contemplating the structure of the Benzene molecule. He knew it was a chain of 6 carbon atoms attached to 6 hydrogen atoms. Still, He got stuck   (incubation phase)  on working out how they could fit together to remain chemically stable.

He turned away from his desk and, facing the fireplace, fell asleep. He dreamt of a snake eating its tail and then spinning around. He woke up and realized (insight phase)  that these carbon-hydrogen chains can close onto themselves to form hexagonal rings. He then worked out the consequences of his new insight on Benzene rings. (Verification phase)

Suitably prepared minds can experience insights while observing ordinary day-to-day events. Many people must have seen apples fall from trees and thought nothing of it. When Newton saw an apple fall, he connected its fall to the action of the moon. If an unseen force pulls the apple from the tree top, couldn't the same force extends to the moon? This same force must be keeping the moon tethered in orbit around the earth, keeping it from whizzing off into space. Of course, this seems counterintuitive because if the moon is like the apple, should it not be crashing down to earth?

Newton's prepared mind understood the moon to be continuously falling to earth around the horizon's curve. Earth's gravitational pull on the moon balanced its horizontal velocity tangential to its orbit. If the apple were shot fast enough over the horizon from a cannon, it too, like the moon, would stay in orbit.

So, although before Newton, everyone was aware of gravity in a stimulus-response kind of way and even made practical use of it to weigh things, no one understood its universal implications.

Applying Insight Learning To The Classroom

The preparation-incubation-insight- verification cycle could be implemented by teachers in the classroom. Gestalt theory predicts that students learn best when they engage with the material; they are mentally prepared  for age, and maturity, having had experiences enabling them to relate to the material and having background knowledge that allows them to contextualize the material. When first presenting content they want to teach the students, teachers must make sure students are suitably prepared to receive the material, to successfully go through the preparation stage of learning.

Teachers should present the material holistically and contextually. For example, when teaching about the human heart, they should also teach where it is in the human body and its functional importance and relationship to other organs and parts of the body. Teachers could also connect other fields, such as comparing hearts to mechanical pumps.

Once the teacher has imparted sufficient background information to students, they should set a problem for their students to solve independently or in groups. The problem should require the students to apply what they have learned in a new way and make novel connections not explicitly made by the teacher during the lesson.

However, they must already know and be familiar with all the material they need to solve the problem. Students must be allowed to fumble their way to a solution  and make many mistakes , as this is vital for the incubation phase. The teacher should resist the temptation to spoon-feed them. Instead, teachers should use the Socratic method to coax the students into arriving at solutions and answers themselves.

Allowing the students to go through a sufficiently challenging incubation phase engages all their higher cognitive functions, such as logical and abstract reasoning, visualization, and imagination. It also habituates them to a bit of frustration to build the mental toughness to stay focused.

It also forces their brains to work hard in processing combining information to sufficiently own the insights they achieve, making it more likely that they will retain  the knowledge they gained and be able to apply it across different contexts.

Once students have written down their insights and solutions, the teacher should guide them through the verification phase. The teacher and students need to check and test the validity of the answers. Solutions should be checked for errors and inconsistencies and checked against the norms and standards of the field.

However, one should remember that mass education is aimed at students of average capacity and that not all students are always equally capable of learning through insight. Also, students need to be prepared to gain the ability and potential to have fruitful insights.  

Learning purely from stimulus-response conditioning is insufficient for progress and major breakthroughs to be made in the sciences. For breakthroughs to be made, humans need to be increasingly capable of higher and higher levels of abstract thinking.

However, we are not all equally capable of having epiphanies on the cutting edge of scientific research. Most education aims to elevate average reasoning, knowledge, and skill acquisition. For insight, learning must build on rather than replace behaviorist teaching practices.

Related posts:

  • The Psychology of Long Distance Relationships
  • Beck’s Depression Inventory (BDI Test)
  • Operant Conditioning (Examples + Research)
  • Variable Interval Reinforcement Schedule (Examples)
  • Concrete Operational Stage (3rd Cognitive Development)

Reference this article:

About The Author

Photo of author

Operant Conditioning

Classical Conditioning

Observational Learning

Latent Learning

Experiential Learning

The Little Albert Study

Bobo Doll Experiment

Spacing Effect

Von Restorff Effect

contoh problem solving learning

PracticalPie.com is a participant in the Amazon Associates Program. As an Amazon Associate we earn from qualifying purchases.

Follow Us On:

Youtube Facebook Instagram X/Twitter

Psychology Resources

Developmental

Personality

Relationships

Psychologists

Serial Killers

Psychology Tests

Personality Quiz

Memory Test

Depression test

Type A/B Personality Test

© PracticalPsychology. All rights reserved

Privacy Policy | Terms of Use

AKL – Situs Informasi dan Berita Update

Mengenal Problem Based Learning dan Contoh Perenapannya

Sandi Ma'ruf

March 2, 2024

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah menjadi model pembelajaran yang banyak dipakai saat ini.

Sebab, model ini membuat siswa berlatif berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang sering terjadi di lingkungan kita.

Dengan PBL pembelajaran juga lebih fleksibel karena bisa menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa di sekolah. Jadi PBL juga bisa bermanfaat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam artikel ini:

Pengertian Problem Based Learning

Problem-based learning adalah metode pembelajaran yang berfokus pada memecahkan masalah sebagai cara untuk mempelajari konsep dan informasi baru. 

Dalam metode ini, siswa memecahkan masalah yang relevan dan menarik bagi mereka melalui diskusi kelompok dan aktivitas investigasi. 

Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pemahaman yang dalam dan aplikasi nyata dari konsep dan prinsip yang dipelajari, daripada hanya menghafal informasi.

Baca juga: Pembelajaran Inkuiri

Karakteristik

Dilansir dari BDK Denpasar, karakteristik problem based learning yang utama adalah:

  • Ada permasalahan
  • Fokus pembelajaran kepada siswa
  • Belajar kelompok untuk kolaborasi

Selain itu ada karakteristik umum pada problem based learning diantaranya:

  • Berfokus pada masalah

Pembelajaran berfokus pada memecahkan masalah yang relevan dan menantang bagi siswa, sebagai cara untuk mempelajari konsep dan informasi baru.

  • Kerjasama tim

Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah bersama-sama dan membantu satu sama lain.

  • Aktivitas investigasi

Siswa melakukan aktivitas investigasi untuk menemukan informasi dan memecahkan masalah, seperti mencari sumber daya online, melakukan eksperimen, atau menemui ahli.

  • Fokus pada proses pembelajaran

Lebih penting daripada hasil akhir, problem-based learning memfokuskan perhatian pada proses pembelajaran dan membantu siswa memahami bagaimana mereka memecahkan masalah dan memperoleh informasi baru.

  • Diterapkan dalam situasi nyata

Konsep dan prinsip yang dipelajari diterapkan dalam situasi yang relevan dan nyata, membantu siswa memahami bagaimana mereka dapat menggunakan pengetahuan mereka dalam situasi sehari-hari.

  • Fleksibel dan dapat disesuaikan

Problem-based learning dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa, membuat metode ini cocok untuk berbagai jenjang dan bidang studi.

Baca juga: 9 Model Pembelajaran Kooperatif

Peran Guru dalam Pembelajaran

Peran Guru dalam model problem based learning adalah sebagai fasilitator yang akan memantau kegiatan siswa supaya bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

Berikut peran guru sebagai fasilitator dalam model PBL:

  • Memperkenalkan masalah

Guru memperkenalkan masalah atau situasi yang akan dipecahkan dan membantu siswa memahami bagaimana masalah terkait dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari.

  • Fasilitator

Guru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa bekerja sama dalam kelompok dan menjelaskan bagaimana mencari informasi dan memecahkan masalah.

  • Sumber daya

Guru menyediakan sumber daya dan informasi yang dibutuhkan siswa untuk memecahkan masalah, seperti buku teks, situs web, atau menghubungi ahli yang terkait.

  • Pemimpin diskusi

Guru memimpin diskusi kelompok dan membantu siswa memahami bagaimana informasi baru dapat digabungkan dan diterapkan dalam situasi pemecahan masalah.

Guru mengevaluasi hasil pemecahan masalah dan membantu siswa memahami bagaimana mereka dapat meningkatkan proses dan hasil mereka.

Guru berperan sebagai mentor dan membantu siswa memahami bagaimana memecahkan masalah secara efektif dan membantu mereka meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka

Kelebihan model problem based learning adalah:

  • Melatih siswa untuk terampil dalam memecahkan masalah.
  • Memberikan pengetahuan baru saat mengatasi masalah.
  • Melatih kemampuan komunikasi siswa di lingkungan sosial.
  • Melatih siswa berpikir kritis dan ilmiah.
  • Menggunakan berbagai sumber pengetahuan untuk mengatasi masalah.
  • Melatih kemandirian siswa dalam belajar.
  • Mengajarkan perilaku untuk mengalokasikan waktu dalam kegiatan.
  • Memberikan pemahaman tentang praktik memecahkan masalah untuk kehidupan sehari-hari.

Kelemahan model problem based learning adalah:

  • Sulit dilakukan kepada siswa yang memiliki motivasi belajar siswa rendah.
  • Siswa yang tidak memiliki pengetahuan dasar tentang materi yang disampaikan, biasanya akan malas mengeksplorasi.
  • Membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang baik.

Langkah Problem Based Learning

Langkah langkah problem based learning

Berikut adalah 7 langkah umum dalam problem-based learning:

1. Identifikasi Atau Orientasi Masalah

Guru atau pemimpin kelompok, memperkenalkan masalah atau situasi yang akan dicarikan solusi penyelesaiannya.

Masalah ini bisa berasal dari berbagai bidang mata pelajaran. Namun disarankan mencari masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa, supaya siswa tertarik untuk melakukan penyelidikan.

2. Pengorganisasian

Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk berbicara tentang masalah dan mengevaluasi pengetahuan mereka tentang topik terkait.

3. Pencarian Informasi

Siswa mencari informasi dan sumber daya untuk memecahkan masalah, seperti membaca buku, mencari informasi online, atau berkonsultasi dengan ahli.

4. Penyajian Data

Siswa akan mencatat dan mengumpulkan data-data yang ditemukan pada proses sebelumnya. Data ini akan berguna pada proses penyelesaian masalah.

5. Penyelesaian Masalah

Siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah, menerapkan konsep dan prinsip yang dipelajari, dan membuat solusi.

6. Refleksi

Siswa mengevaluasi proses pemecahan masalah dan memikirkan tentang bagaimana mereka memperoleh dan mengaplikasikan pengetahuan baru.

7. Penyampaian Hasil

Siswa menyajikan solusi dan hasil pemecahan masalah kepada kelompok lain, membantu mereka memahami bagaimana masalah tersebut terpecahkan.

Contoh Penerapan

Dibawah ini contoh penerapan pada berbagai mata pelajaran di sekolah:

1. Matematika

Metode yang digunakan dalam PBL adalah belajar secara kelompok yang mandiri. Artinya melakukan analisa masalah dan mencari solusinya bersama dengan kelompoknya, tanpa bantuan guru.

Masalah dalam PBL biasanya berkaitan dengan lingkungan sekitar atau kehidupan siswa.

PBL bisa diterapkan di berbagai mata pelajaran, seperti matematika, ekonomi, biologi, fisika dsb.

Problem solving lebih fokus pada menggunakan masalah sebagai bahan untuk dicari solusinya. Sedangkan PBL juga menerapkan masalah untuk melatih berpikir kritis.

' src=

32 Contoh Status Sosial (Ekonomi, Politik, Keluarga dan Sekolah)

April 17, 2024

jenis status sosial

20 Jenis Status Sosial : Ascribed, Assigned dan Achieved

April 16, 2024

Contoh Kebutuhan sosial dan psikologis

10 Contoh Kebutuhan Sosial dan Psikologis Manusia

pengertian pengendalian sosial

Pengendalian Sosial: Pengertian, Fungsi dan Contoh Pengendalian Sosial di Masyarakat

April 12, 2024

Leave a Comment

You must be logged in to post a comment.

Popular Post

11 Contoh Jurnal Penyesuaian : Soal dan Jawaban

13 Contoh Soal Indeks Harga : Rumus dan Jawaban

Data Kualitatif dan Kuantitatif : Contoh, Analisis, Jenis, Perbedaan

Relevance dalam Akuntansi : Pengertian, Karakteristik dan Contoh

Contoh Laporan Laba Rugi Dan Jurnal Penutup Perusahaan Manufaktur

Variabel Penelitian Kualitatif : Pengertian, Contoh dan Cara Menentukannya

Blog MySkill

Si Paling Belajar

Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips Tingkatkannya

Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips Tingkatkannya

Apa itu skill problem solving.

Skill problem solving adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien. Ini melibatkan proses pemecahan masalah yang sistematis dan kreatif untuk mencapai solusi yang memuaskan.

Metode Problem Solving

  • Identifikasi Masalah : Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas dan spesifik.
  • Analisis Masalah : Selanjutnya, analisislah masalah tersebut dengan mengidentifikasi penyebab, faktor-faktor terkait, dan dampaknya.
  • Pengembangan Solusi : Setelah masalah dipahami dengan baik, kembangkanlah berbagai solusi yang mungkin.
  • Evaluasi Solusi : Evaluasilah setiap solusi berdasarkan kriteria yang relevan, seperti keefektifan, kepraktisan, dan dampaknya.
  • Implementasi Solusi : Pilihlah solusi terbaik dan implementasikan dengan cermat.
  • Evaluasi Hasil : Setelah solusi diimplementasikan, evaluasilah hasilnya untuk memastikan bahwa masalah telah teratasi dengan baik.

Proses dan Contoh Problem Solving

Sebagai contoh, pertimbangkanlah situasi di mana sebuah perusahaan mengalami penurunan penjualan. Kita dapat menggunakan metode problem solving untuk mengatasi masalah ini dengan mengidentifikasi penyebab penurunan penjualan, mengembangkan strategi untuk meningkatkan penjualan, dan mengevaluasi hasil dari strategi tersebut.

Mengapa Skill Problem Solving Penting?

Skill problem solving sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan ini, kita dapat:

  • Meningkatkan Efisiensi : Dengan mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan efektif, kita dapat meningkatkan efisiensi dalam berbagai tugas.
  • Meningkatkan Kreativitas : Proses pemecahan masalah memerlukan kreativitas untuk menghasilkan solusi yang inovatif.
  • Meningkatkan Kepercayaan Diri : Dengan mampu menyelesaikan masalah, kita dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kepuasan diri.
  • Meningkatkan Produktivitas : Dengan mengatasi masalah secara efektif, kita dapat meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Tips Meningkatkan Skill Problem Solving

  • Selalu Jaga Pikiran Terbuka : Terima masukan dari orang lain dan pertimbangkan berbagai sudut pandang.
  • Gunakan Pendekatan Sistematis : Gunakan pendekatan yang sistematis dalam mengidentifikasi masalah dan mengembangkan solusi.
  • Jangan Takut untuk Mencoba Hal Baru : Jangan takut untuk mencoba pendekatan atau solusi yang belum pernah dicoba sebelumnya.
  • Pelajari dari Pengalaman : Pelajari dari pengalaman kita sendiri maupun orang lain dalam menyelesaikan masalah.
  • Latih Skill Kita : Latihlah kemampuan problem solving kita secara teratur dengan memecahkan masalah kecil sehari-hari.

Dengan meningkatkan skill problem solving, kita dapat menjadi lebih efektif dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan kita dengan lebih baik, baik dalam konteks profesional maupun pribadi.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di https://myskill.id/

MySkill

Dibuat oleh tim MySkill, startup pengembangan skill dan karir terbesar di Indonesia. MySkill juga mendapatkan penghargaan dari LinkedIn sebagai Top Startup Indonesia pada 2022 dan 2023 . Beberapa sumber referensi tulisan di blog MySkill seperti: Kompas , IDN Times, Forbes , Indeed , Semrush , Hubspot , AIHR , Nielsen Norman Group , Xero , Atlassian , Canva , W3 , Grammarly dan sebagainya.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Anda harus masuk untuk berkomentar.

contoh problem solving learning

Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Membuat Belajar Jadi Seru!

  • 1 1. Menaklukkan Masalah dengan Kreativitas
  • 2 2. Kerja Sama: Tidak Berjuang Sendiri
  • 3 3. Pembelajaran Berbasis Kehidupan Nyata
  • 4 4. Penguatan Kemampuan Menganalisis dan Memecahkan Masalah
  • 5 5. Memperluas Wawasan Budaya
  • 6 Apa Itu Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris?
  • 7.1 Langkah 1: Identifikasi Topik atau Konteks yang Relevan
  • 7.2 Langkah 2: Tentukan Masalah atau Tugas yang Menantang
  • 7.3 Langkah 3: Bagikan Informasi dan Sumber Daya yang Diperlukan
  • 7.4 Langkah 4: Berikan Panduan dan Dukungan
  • 7.5 Langkah 5: Evaluasi dan Refleksi
  • 8.1 Tips 1: Pilihlah Topik yang Menarik dan Relevan
  • 8.2 Tips 2: Gunakan Sumber Daya yang Beragam
  • 8.3 Tips 3: Berikan Bimbingan yang Sistematis
  • 8.4 Tips 4: Berikan Kesempatan Kolaborasi
  • 8.5 Tips 5: Evaluasi Secara Berkelanjutan
  • 9.1 Kelebihan 1: Meningkatkan Motivasi Belajar
  • 9.2 Kelebihan 2: Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah
  • 9.3 Kelebihan 3: Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris
  • 9.4 Kelebihan 4: Mendorong Kolaborasi dan Komunikasi
  • 9.5 Kelebihan 5: Mengembangkan Kemandirian dan Rasa Percaya Diri
  • 10.1 Kekurangan 1: Membutuhkan Waktu yang Lebih Lama
  • 10.2 Kekurangan 2: Membutuhkan Fasilitator yang Terlatih
  • 10.3 Kekurangan 3: Tidak Cocok untuk Setiap Siswa
  • 11.1 1. Bagaimana cara menentukan masalah atau tugas dalam PBL?
  • 11.2 2. Apakah PBL hanya cocok untuk kelas yang lebih kecil?
  • 11.3 3. Apa langkah terbaik dalam membimbing siswa dalam PBL?
  • 11.4 4. Bagaimana cara mengevaluasi hasil kerja siswa dalam PBL?
  • 11.5 5. Bagaimana cara mengintegrasikan PBL dengan kurikulum bahasa Inggris yang sudah ada?
  • 12 Kesimpulan

Siapa yang bilang belajar bahasa Inggris harus selalu serius dan membosankan? Dalam era digital ini, metode pembelajaran bahasa Inggris sudah semakin beragam, mengesampingkan gaya klasik yang membosankan. Salah satu metode yang sedang naik daun adalah Problem Based Learning (PBL), yang tidak hanya menarik perhatian siswa, tetapi juga membantu mereka dalam mempelajari bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan dan alami. Jadi, mari kita simak apa saja yang membuat PBL menjadi solusi yang menyegarkan dalam pembelajaran bahasa Inggris!

1. Menaklukkan Masalah dengan Kreativitas

Dalam PBL, siswa tidak hanya mendengarkan guru dan menghafalkan kumpulan kosakata baru. Mereka diajak untuk aktif berpartisipasi dalam memecahkan masalah nyata menggunakan bahasa Inggris. Misalnya, siswa diberi tugas untuk menyusun permainan papan berbahasa Inggris yang mengajarkan kosakata kepada anak-anak. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar secara pasif, tetapi juga mengasah kreativitas mereka dalam menciptakan materi pembelajaran yang menarik.

2. Kerja Sama: Tidak Berjuang Sendiri

Dalam PBL, siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan berbagai masalah menggunakan bahasa Inggris. Melalui kolaborasi ini, siswa dapat saling membantu, bertukar ide, dan membagikan pengetahuan. Jadi, selain meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, PBL juga mengembangkan keterampilan sosial dan kerja tim.

3. Pembelajaran Berbasis Kehidupan Nyata

Saat belajar bahasa Inggris dengan metode PBL, siswa dihadapkan pada situasi kehidupan nyata yang membutuhkan penerapan bahasa Inggris. Misalnya, siswa diminta untuk berpura-pura menjadi pemandu wisata di tempat wisata terkenal atau melakukan dialog dalam skenario pemesanan tiket pesawat. Dengan demikian, siswa dapat melihat relevansi langsung antara pembelajaran bahasa Inggris dengan kehidupan sehari-hari mereka.

4. Penguatan Kemampuan Menganalisis dan Memecahkan Masalah

PBL tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tetapi juga meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memecahkan masalah. Siswa harus belajar untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, dan mencari solusi yang efektif dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, PBL membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang berguna tidak hanya dalam pembelajaran bahasa Inggris, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari mereka.

5. Memperluas Wawasan Budaya

PBL tidak hanya fokus pada pembelajaran bahasa Inggris, tetapi juga memperkenalkan siswa pada budaya negara-negara berbahasa Inggris. Siswa akan terlibat dalam beberapa tantangan budaya, seperti menyusun presentasi tentang festival musik di Inggris atau menulis laporan tentang makanan khas Amerika Serikat. Dengan demikian, PBL membantu siswa untuk memahami lebih jauh tentang budaya asing dan meningkatkan pemahaman lintas budaya mereka.

Dengan menggunakan metode Problem Based Learning, pembelajaran bahasa Inggris dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Mereka dapat memecahkan masalah dalam bahasa Inggris sambil mengembangkan kemampuan analisis mereka, meningkatkan kreativitas, dan memperluas pengetahuan mereka tentang dunia. Jadi, mari kita adopsi PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris dan buat belajar menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan!

Apa Itu Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris?

Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan masalah nyata dalam konteks pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, PBL dapat diterapkan dengan memberikan tugas atau masalah yang relevan dengan penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari PBL adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah secara kreatif dan kolaboratif, sambil meningkatkan pemahaman mereka tentang bahasa Inggris.

Cara Menggunakan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diikuti dalam menggunakan PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris:

Langkah 1: Identifikasi Topik atau Konteks yang Relevan

Pilihlah topik atau konteks yang relevan dengan penggunaan bahasa Inggris sehari-hari. Misalnya, jika Anda ingin mengajarkan kosakata tentang makanan, Anda dapat memilih konteks restoran atau pasar makanan.

Langkah 2: Tentukan Masalah atau Tugas yang Menantang

Buatlah masalah atau tugas yang menuntut siswa untuk menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Misalnya, minta siswa untuk merencanakan menu makan malam di restoran fiktif atau membuat brosur promosi produk makanan.

Langkah 3: Bagikan Informasi dan Sumber Daya yang Diperlukan

Sediakan informasi dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah atau tugas. Ini dapat berupa teks, video, gambar, atau sumber daya online lainnya. Pastikan siswa memiliki akses ke semua informasi yang mereka butuhkan.

Langkah 4: Berikan Panduan dan Dukungan

Berikan panduan dan dukungan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah atau tugas. Bantu mereka dalam menjawab pertanyaan, merumuskan gagasan, atau mengatasi hambatan yang mungkin mereka hadapi selama proses pembelajaran.

Langkah 5: Evaluasi dan Refleksi

Evaluasilah hasil kerja siswa dan ajak mereka untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka. Diskusikan hasil kerja mereka, kelebihan, dan kekurangan dari pendekatan PBL yang digunakan, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kemampuan mereka di masa depan.

Tips Mengimplementasikan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda dalam mengimplementasikan PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris:

Tips 1: Pilihlah Topik yang Menarik dan Relevan

Pilihlah topik yang menarik dan relevan bagi siswa. Hal ini akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan menerapkan PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Tips 2: Gunakan Sumber Daya yang Beragam

Gunakan berbagai sumber daya yang dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah atau tugas yang diberikan. Ini dapat meliputi buku teks, artikel, video, presentasi, atau sumber daya online lainnya.

Tips 3: Berikan Bimbingan yang Sistematis

Berikan bimbingan yang sistematis kepada siswa dalam menyelesaikan masalah atau tugas. Tunjukkan langkah-langkah yang harus mereka lakukan, berikan contoh-contoh, dan berikan umpan balik yang konstruktif.

Tips 4: Berikan Kesempatan Kolaborasi

Buatlah kesempatan bagi siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam menyelesaikan masalah atau tugas. Ini akan membantu mereka dalam berbagi ide, mendiskusikan solusi, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bahasa Inggris.

Tips 5: Evaluasi Secara Berkelanjutan

Lakukan evaluasi secara berkelanjutan terhadap kemajuan siswa dalam menyelesaikan masalah atau tugas. Berikan umpan balik yang jelas dan bantu siswa dalam mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.

Kelebihan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Problem Based Learning memiliki sejumlah kelebihan dalam pembelajaran bahasa Inggris, antara lain:

Kelebihan 1: Meningkatkan Motivasi Belajar

PBL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena siswa memiliki kontrol yang lebih besar atas proses belajar mereka sendiri. Mereka terlibat dalam pemecahan masalah yang menantang dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Kelebihan 2: Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah

PBL membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Mereka diajak untuk mengidentifikasi masalah, mencari solusi yang efektif, dan melakukan refleksi terhadap proses belajar mereka.

Kelebihan 3: Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris

Dalam PBL, siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris secara aktif dalam konteks nyata. Mereka dapat mempraktikkan keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam situasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Kelebihan 4: Mendorong Kolaborasi dan Komunikasi

PBL mendorong siswa untuk bekerja secara kolaboratif dan berkomunikasi dengan baik dalam kelompok. Mereka belajar untuk mendengarkan, memahami sudut pandang orang lain, dan bekerja melalui konflik yang mungkin timbul selama proses kerja kelompok.

Kelebihan 5: Mengembangkan Kemandirian dan Rasa Percaya Diri

Dalam PBL, siswa diberikan kesempatan untuk mengambil inisiatif, mengelola waktu, dan mengatur diri sendiri. Ini akan mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri mereka, yang dapat menguntungkan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Meskipun memiliki banyak kelebihan, PBL juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, antara lain:

Kekurangan 1: Membutuhkan Waktu yang Lebih Lama

PBL membutuhkan waktu yang lebih lama daripada metode pembelajaran tradisional. Proses pemecahan masalah yang berkelanjutan dan diskusi dalam kelompok dapat memakan waktu yang cukup banyak.

Kekurangan 2: Membutuhkan Fasilitator yang Terlatih

PBL membutuhkan kehadiran seorang fasilitator yang terlatih untuk membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah atau tugas. Fasilitator harus memiliki pemahaman yang baik tentang bahasa Inggris dan kemampuan dalam membimbing proses pemecahan masalah.

Kekurangan 3: Tidak Cocok untuk Setiap Siswa

PBL mungkin tidak cocok untuk setiap siswa, terutama bagi mereka yang lebih suka belajar secara mandiri atau dengan metode yang lebih terstruktur. Beberapa siswa mungkin tidak nyaman dengan kebebasan dan keterbukaan yang ditawarkan oleh PBL.

FAQ tentang Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

1. bagaimana cara menentukan masalah atau tugas dalam pbl.

Pemilihan masalah atau tugas dalam PBL dapat dilakukan dengan mempertimbangkan topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pertimbangkan juga tingkat kesulitan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

2. Apakah PBL hanya cocok untuk kelas yang lebih kecil?

Meskipun PBL dapat lebih mudah diterapkan dalam kelas yang lebih kecil, namun PBL juga dapat diterapkan dalam kelas yang lebih besar dengan strategi manajemen kelas yang tepat.

3. Apa langkah terbaik dalam membimbing siswa dalam PBL?

Langkah terbaik dalam membimbing siswa dalam PBL adalah dengan memberikan panduan yang jelas, memfasilitasi diskusi dalam kelompok, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendorong siswa untuk berpikir kritis.

4. Bagaimana cara mengevaluasi hasil kerja siswa dalam PBL?

Anda dapat mengevaluasi hasil kerja siswa dalam PBL dengan menggunakan kriteria penilaian yang jelas dan objektif. Evaluasi dapat dilakukan melalui presentasi, laporan tertulis, atau produk kreatif lainnya yang sesuai dengan masalah atau tugas yang diberikan.

5. Bagaimana cara mengintegrasikan PBL dengan kurikulum bahasa Inggris yang sudah ada?

Anda dapat mengintegrasikan PBL dengan kurikulum bahasa Inggris yang sudah ada dengan memilih topik atau konteks yang relevan dengan kurikulum tersebut. Pilih masalah atau tugas yang dapat menjembatani siswa antara materi yang sudah dipelajari dengan penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.

Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan berbahasa Inggris. Dalam PBL, siswa diajak untuk aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun PBL memiliki kelebihan dan kekurangan, dengan menerapkan tips yang tepat dan memperhatikan berbagai aspek, PBL dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Ayo mencoba PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris Anda! Dengan adanya PBL, siswa dapat lebih aktif dalam belajar, meningkatkan pemahaman bahasa Inggris, dan mengembangkan keterampilan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan ragu untuk memanfaatkan potensi PBL dalam pembelajaran bahasa Inggris Anda!

Share this:

Related posts:.

contoh problem solving learning

Wajib Belajar Bahasa Arab: Kunci Sukses Mendalami Dunia Islam

contoh problem solving learning

Buku Belajar Bahasa Arab Mudah: Pelajari Bahasa Arab dengan Gaya Santai

contoh problem solving learning

Cara Mengajar Bahasa Arab dengan Santai dan Efektif

Hasby

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

  • Kebijakan Privasi
  • Terms and Conditions

passakanawang

Berbagi Cerita, Ilmu dan Informasi

July 14, 2017

Contoh penerapan model pembelajaran problem based learning pada pembelajaran.

  • Menyebutkan dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan.
  • Menjelaskan keterkaitan antara jumlah penduduk dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk. 
  • Membuat laporan hasil penyelidikan tentang permasalahan sampah  yang muncul di lingkungan sekitar siswa yang terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk.

contoh problem solving learning

  • Guru menunjukkan kepada peserta didik sebuah foto/gambar yang menunjukkan menumpuknya sampah di tepi jalan di tengah-tengah lingkungan padat penduduk seperti gambar diatas.
  • Peserta didik mengamati gambar yang ditunjukkan oleh guru. 
  • Peserta didik  diminta memberikan tanggapan dan pendapat terhadap gambar/foto yang diberikan.
  • Peserta didik diberikan kesempatan untuk menetapkan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang diamati. Contoh pertanyaannya yaitu: Mengapa sampah dapat menumpuk?
  • Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan pertanyaan/masalah yang akan dicari penyelesiaannya.   
  • Peserta didik diberi tugas untuk menggali informasi dari bukuIPA  kelas IX tentang “Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Sampah yang dihasilkan” secara berkelompok.
  • Peserta didik mengumpulkan informasi untuk membangun ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah tentang pengaruh jumlah penduduk terhadap sampah yang dihasilkan.  
  • Peserta didik berdiskusi dalam kelompok mencari solusi terkait dengan masalah yang telah diidentifikasi. 
  • Guru membagikan Lembar Kerja “Menghitung Volume Sampahyang dihasilkan oleh Rumah Tangga”. 
  • Peserta didik melakukan penyelidikan melalui Lembar Kerja dengan menugaskannya di luar pembelajaran. 
  • Guru membimbing penyelidikan yang dilakukan peserta didik. 
  • Peserta didik mencatat  data hasil penyelidikan kelompok dalam Lembar Kerja.
  • Peserta didik mengolah data yang diperoleh dari kelompoknya.
  • Peserta didik menjawab pertanyaan pada Lembar Kerja.
  • Peserta didik menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk
  • Peserta didik dan guru mengevaluasi hasil penyelidikan melalui diskusi kelas.
  • Peserta didik dibimbing guru menganalisis hasil pemecahan masalah tentang jumlah penduduk dan sampah di lingkungan sekitar. Peserta diharapkan menggunakan buku sumber untuk membantu mengevaluasi hasil diskusi. 
  • Selanjutnya peserta didik diminta mempresentasikan hasil penyelidikan dan diskusi di depan kelas; dilanjutkan dengan penyamaan persepsi.  
  • Kelompok peserta didik yang berhasil memecahkan permasalahan diberi pengahargaan.
  • Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari peserta didik (dapat menggunakan  paper and pencil test atau authentic assessment). 

Artikel Terkait

Angga Passakanawang

Angga Passakanawang

Berlangganan artikel terbaru dari blog ini langsung via email

Emoticon Emoticon

PerpusTeknik.com

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di Matematika: Menemukan Keseruan dalam Pelajaran

  • 1.1 Cara Melakukan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika
  • 1.2 Tips untuk Melakukan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika
  • 1.3 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika
  • 1.4 Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika
  • 2.1 1. Apakah semua mata pelajaran cocok menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?
  • 2.2 2. Apa keuntungan menggunakan masalah nyata dalam pembelajaran matematika?
  • 2.3 3. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning hanya dapat dilakukan dalam kelompok atau tim?
  • 2.4 4. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning cocok untuk semua tingkat pendidikan?
  • 2.5 5. Bagaimana melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah melalui model pembelajaran Problem Based Learning?
  • 3.1 Share this:
  • 3.2 Related posts:

Jadi, apa sih sebenarnya Model Pembelajaran Problem Based Learning? Jelas bukan istilah seram yang bikin kepala pusing. PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa ditantang untuk memecahkan masalah dunia nyata menggunakan pengetahuan yang mereka pelajari dalam mata pelajaran matematika.

Apa Itu Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika?

Cara melakukan model pembelajaran problem based learning pada matematika.

  • Pemilihan masalah: Guru memilih masalah yang dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa dan terkait dengan konsep matematika yang ingin diajarkan.
  • Penyajian masalah: Guru menyajikan masalah secara detail kepada siswa, termasuk menjelaskan latar belakang masalah dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
  • Pendefinisian masalah: Siswa bersama-sama dengan guru mendefinisikan masalah yang telah disajikan, mengidentifikasi konsep matematika yang relevan, dan merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
  • Pengumpulan informasi: Siswa melakukan pencarian dan pengumpulan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, baik melalui penelitian, observasi, wawancara, atau sumber-sumber lain yang dapat diakses.
  • Pemecahan masalah: Siswa mengaplikasikan konsep matematika yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Siswa dapat bekerja secara individu atau dalam kelompok.
  • Pembahasan dan refleksi: Siswa berdiskusi secara kelompok tentang solusi yang telah ditemukan, merumuskan kesimpulan, dan melakukan refleksi terhadap proses belajar yang telah dilakukan.
  • Presentasi dan evaluasi: Siswa mempresentasikan hasil pemecahan masalah kepada seluruh kelas dan menerima tanggapan dari teman sekelas dan guru. Proses ini juga dapat melibatkan penilaian oleh guru terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan konsep matematika dan proses pemecahan masalah.

Tips untuk Melakukan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika

  • Pilihlah masalah yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini akan memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
  • Berikan kesempatan kepada siswa untuk berkolaborasi dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Hal ini akan mengembangkan kemampuan kerjasama dan komunikasi antar siswa.
  • Berikan bimbingan dan dorongan kepada siswa dalam proses pemecahan masalah. Guru dapat memberikan pedoman, pertanyaan-pertanyaan bimbingan, atau sumber belajar tambahan jika diperlukan.
  • Berikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa dalam proses pemecahan masalah dan presentasi hasil. Hal ini akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan matematika mereka.
  • Anjurkan siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang telah dilakukan, termasuk kesulitan yang dihadapi, strategi yang digunakan, dan hal-hal yang dipelajari selama proses tersebut.

Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika

  • Mengembangkan pemahaman yang mendalam: Dalam model ini, siswa diajak untuk berpikir secara kritis dan analitis dalam memecahkan masalah matematika, sehingga mereka akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan kokoh terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajari.
  • Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah: Dalam memecahkan masalah matematika yang nyata, siswa akan terlatih dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, merumuskan strategi pemecahan, dan mengevaluasi solusi yang ditemukan. Hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
  • Meningkatkan motivasi belajar: Dengan menggunakan masalah nyata sebagai pusat pembelajaran, siswa akan merasa terlibat secara emosional dan motivasi belajar mereka akan meningkat. Hal ini akan membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan berarti bagi siswa.
  • Mengembangkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi: Dalam model ini, siswa diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dan bekerja sama dalam kelompok dalam memecahkan masalah. Hal ini akan mengembangkan kemampuan mereka dalam bekerja dalam tim, berbagi ide, dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.

Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Matematika

  • Membutuhkan persiapan yang lebih intensif: Guru perlu melakukan persiapan yang lebih intensif dalam pemilihan masalah, penyajian masalah, dan mengarahkan siswa dalam pemecahan masalah. Hal ini membutuhkan waktu dan upaya yang cukup besar dari guru.
  • Membutuhkan keterampilan dan pengetahuan guru yang memadai: Guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam matematika serta kemampuan dalam membimbing siswa dalam pemecahan masalah. Jika guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup, pembelajaran menggunakan model ini dapat menjadi kurang efektif.
  • Dibutuhkan waktu yang lebih lama: Proses pemecahan masalah dalam model ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan siswa perlu melalui tahapan-tahapan yang terstruktur dalam pemecahan masalah.
  • Melibatkan kelompok dengan anggota yang berbeda-beda: Dalam pemecahan masalah, terkadang sulit untuk mendapatkan kelompok yang memiliki anggota dengan tingkat kemampuan yang seimbang. Perbedaan kemampuan dalam kelompok dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kontribusi dan pembagian tugas antar anggota kelompok.

Frequently Asked Questions (FAQ)

1. apakah semua mata pelajaran cocok menggunakan model pembelajaran problem based learning, 2. apa keuntungan menggunakan masalah nyata dalam pembelajaran matematika.

  • Meningkatkan motivasi siswa: Masalah nyata dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika karena siswa dapat melihat relevansi dan kegunaan dari konsep matematika yang dipelajari.
  • Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah: Dalam memecahkan masalah nyata, siswa akan terlatih dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, merumuskan strategi pemecahan, dan mengevaluasi solusi yang ditemukan. Hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
  • Meningkatkan pemahaman yang mendalam: Dengan menggunakan masalah nyata, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan kokoh terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajari karena mereka dapat melihat penerapan konsep tersebut dalam situasi nyata.

3. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning hanya dapat dilakukan dalam kelompok atau tim?

4. apakah model pembelajaran problem based learning cocok untuk semua tingkat pendidikan, 5. bagaimana melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah melalui model pembelajaran problem based learning, share this:, related posts:.

contoh problem solving learning

Metode Pembelajaran CTL: Belajar Sambil Santai Menyenangkan!

contoh problem solving learning

Metode Pembelajaran Tipe STAD: Seru-Seruan Belajar Bareng!

contoh problem solving learning

Metode Konstruktivisme adalah Pendekatan Belajar yang Melibatkan Siswa dalam Proses Konstruksi Pengetahuan

Ghaziya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

  • Privacy Policy
  • Syarat dan Ketentuan

Selamat Datang

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to  upgrade your browser .

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.

  • We're Hiring!
  • Help Center

paper cover thumbnail

RPP Model Problem Based Learning

Profile image of MDika MDika

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun berdasarkan model Problem Based Learning

Related Papers

Dian Alvina

contoh problem solving learning

fransiska dewi

RPP tentang materi turunan dengan metode problem based learning.

Razikin Masruri

Gina Abbar Retno

Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 menyebutkan bahwa salah satu kompetensi dasar mata pelajaran PJOK yaitu menuntut siswa untuk mampu mempraktikkan gerak spesifik jalan, lari, lompat dan lempar dalam berbagai permainan sederhana dan atau tradisonal. Menurut Suroto (2016: 1) kegiatan jalan, lari, lompat dan lempar merupakan bagian inti dari cabang olahraga atletik. Keempat kegiatan atletik tersebut merupakan dasar dari sebagian besar cabang olahraga lainnya. Menurut Suroto dkk (2015: 101) tolak peluru merupakan jenis keterampilan menolak peluru untuk mendapatkan jarak sejauh mungkin. Perlu gaya dalam melakukan tolakan agar penggunaan tenaga dapat efektif sehingga dapat mencapai prestasi tolakan yang maksimal. Namun pada pelaksanaannya terdapat beberapa masalah yang muncul dalam proses pembelajaran tolak peluru. Masalah yang paling umum terjadi adalah terkait rendahnya motivasi dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan mempraktikan tolak peluru. Materi tolak peluru dengan menggunakan problem based learning dan modifikasi media pembelajaran berupa peluru dari batu yang digulung baju dan plastik. Pembelajaran Inovatif Berbasis TPACK Menggunakan Media Audio Visual dan Modifikasi Alat Peraga Serta Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Siswa.

hasnul sihite

Frengki Baganu

RPP K-13 merupakan RPP yang bagi beberapa guru membingungkan karena tidak ada contoh valid dari RPP K-13. Berikut ini adalah salah satu contoh RPP K-13 dengan menggunakan metode problem solving learning. Semoga bisa membantu anda semua

mochamad hartato

R. Herawati Suryanegara

Civic Education that we call PPKn, is one important part of the lessons to be taught that contains about the values of the good life how to be a good citizenship. PPKn should be able to help the students develop their potential not just knowledgeable, but expected they can practice to solve their problem as individu and community in the social life. So, they know how to be live and behave in society as good citizenships. Professional teachers should be manage concept and social values and teaching them with relevant knowledge, skill as well as the desirable attitudes and values required in solving personal and society problems. Unfortunately, there are many students who are not eager to learn PPkn. Of course, there are caused by several factors. one factor contributing to their laziness is less precise in determining teaching methodology. Through Problem Based Learning Model is expected that the students become motivated to learn social studies. Problem Based Learning expected guides the students to learn not only in the classroom but from the surrounding environment. It is very important to applied Problem solving skills to the students so that they can think critically and intelligently in establishing an important decisions in his life. For all of us, solving problems is a necessary part of life.

Deminote08 Demi

RELATED PAPERS

#Tear: Revista de Educação, Ciência e Tecnologia

José Vicente Lima Robaina

Iskolakultúra

Péter Dávidházi

Journal of Biogeography

anselm rodrigo

IET Networks

Soumya Maity

Mohammed Akber

Moisés Mendoza Valencia

Md.Mominul Islam

IFAC Proceedings Volumes

francesco carravetta

Scientific Reports

Ricardo Tedesco

Proceedings from the Fifth Annual IEEE SMC Information Assurance Workshop, 2004.

Abu Hafshoh

Applied and Environmental Microbiology

Adrián González Guzmán

Journal of Cardiovascular Computed Tomography

NIcolai Hathiramani

Takashi Toriizuka

Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar

iqbal Tawakkal

Mathematical Methods of Operations Research

Gaia Turchetti

European Foundation for South Asian Studies (EFSAS)

Tiffin毕业证 蒂芬大学学位证

Applied and Environmental Soil Science

joseph emegha

Muhammad Asep Budiana

Informes de la Construcción

Julián S Salas Serrano

rijal abdullah

Advanced Energy Materials

Yulia Galagan

Beiträge empirischer Musikpädagogik

Jens Knigge

RELATED TOPICS

  •   We're Hiring!
  •   Help Center
  • Find new research papers in:
  • Health Sciences
  • Earth Sciences
  • Cognitive Science
  • Mathematics
  • Computer Science
  • Academia ©2024

12 Contoh Problem Solving dalam Perusahaan dan Cara Menerapkannya

Dalam dunia bisnis yang cepat berubah, perusahaan sering dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah yang memerlukan pemecahan. Untuk mengatasi berbagai masalah ini, diperlukan kemampuan problem solving yang efektif. Contoh problem solving yang akan kami bahas di sini, bisa membantumu untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah di perusahaan.

Problem solving adalah keterampilan kunci yang sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis, dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai metode dan teknik problem solving akan membantu perusahaan dalam mencapai kesuksesan. Mari kita bahas, apa saja contoh problem solving dalam perusahaan.

  • 1.1 1. Problem Solving sebagai Kunci Keberhasilan
  • 1.2 2. Meningkatkan Efisiensi Operasional
  • 1.3 3. Menjaga Kepuasan Pelanggan
  • 2.1 1. Menangani Konflik Antar Karyawan
  • 2.2 2. Menghadapi Penurunan Penjualan
  • 2.3 3. Memperbaiki Masalah Kualitas Produk
  • 2.4 4. Mengatasi Penundaan Proyek
  • 2.5 5. Menghadapi Persaingan yang Ketat
  • 2.6 6. Mengatasi Keluhan Pelanggan
  • 2.7 7. Menangani Krisis Reputasi
  • 2.8 8. Meningkatkan Efisiensi Operasional
  • 2.9 9. Mengatasi Konflik Mitra Bisnis
  • 2.10 10. Menghadapi Regulasi yang Berubah
  • 2.11 11. Merespon Perubahan Teknologi
  • 2.12 12. Menangani Kebutuhan Pelatihan Karyawan
  • 3 Sudah Paham Tentang Apa itu Problem Solving?

Mengapa Problem Solving Penting dalam Bisnis?

Sebelum kita membahas contoh-contohnya, mari kita pahami mengapa problem solving sangat penting dalam dunia bisnis.

1. Problem Solving sebagai Kunci Keberhasilan

Kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan masalah dengan efektif dapat menjadi faktor penentu kesuksesan mereka di pasar yang kompetitif.

2. Meningkatkan Efisiensi Operasional

Problem solving membantu dalam mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang dapat meningkatkan efisiensi operasional.

3. Menjaga Kepuasan Pelanggan

Dalam bisnis, masalah pelanggan sering muncul. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah ini akan menjaga kepuasan pelanggan.

12 Contoh Problem Solving dalam Perusahaan

Di bawah ini merupakan 12 contoh problem solving dalam perusahaan:

1. Menangani Konflik Antar Karyawan

Di perusahaan A, terdapat konflik antar dua karyawan yang berdampak pada produktivitas dan atmosfer kerja.

Problem solving: Manajer memfasilitasi pertemuan damai antara kedua karyawan, mendengarkan keluhan mereka, dan mencari solusi bersama. Akhirnya, perusahaan menyelenggarakan pelatihan komunikasi interpersonal.

2. Menghadapi Penurunan Penjualan

Perusahaan A mengalami penurunan penjualan selama beberapa bulan terakhir.

Problem solving: Tim penjualan melakukan analisis pasar dan menemukan bahwa tren perubahan preferensi pelanggan. Perusahaan menyusun strategi pemasaran baru dan meluncurkannya dengan sukses, meningkatkan penjualan.

3. Memperbaiki Masalah Kualitas Produk

Produk perusahaan A sering mengalami keluhan pelanggan tentang masalah kualitas.

Problem solving: Tim produksi melakukan inspeksi ketat, meninjau proses produksi, dan berkolaborasi dengan pemasok bahan baku. Hasilnya, kualitas produk ditingkatkan, dan keluhan pelanggan berkurang.

4. Mengatasi Penundaan Proyek

Proyek di perusahaan A mengalami penundaan akibat masalah koordinasi dan kurangnya sumber daya.

Problem solving: Manajer proyek merencanakan ulang jadwal, mengalokasikan sumber daya dengan bijak, dan meningkatkan komunikasi antar tim. Proyek selesai sesuai waktu yang direvisi.

5. Menghadapi Persaingan yang Ketat

Perusahaan A bersaing dalam pasar yang kompetitif dengan banyak pesaing.

Problem solving: Perusahaan melakukan riset pasar untuk menemukan keunikan produknya dan mengembangkan strategi pemasaran yang membedakan mereka dari pesaing. Ini meningkatkan pangsa pasar mereka.

6. Mengatasi Keluhan Pelanggan

Pelanggan di perusahaan A mengeluh tentang pelayanan pelanggan yang lambat.

Problem solving: Perusahaan merespons dengan cepat terhadap keluhan, mempercepat proses layanan pelanggan, dan memberikan pelatihan kepada staf layanan pelanggan.

7. Menangani Krisis Reputasi

Perusahaan A menghadapi krisis reputasi setelah laporan media negatif.

Problem solving: Perusahaan melibatkan humas yang berpengalaman, melakukan komunikasi krisis yang efektif, dan melakukan perubahan internal untuk memperbaiki masalah yang diungkapkan dalam laporan.

8. Meningkatkan Efisiensi Operasional

Perusahaan A ingin meningkatkan efisiensi operasional mereka.

Problem solving: Perusahaan melakukan analisis proses, mengidentifikasi area yang dapat dioptimalkan, dan melibatkan staf dalam perbaikan proses. Ini menghasilkan efisiensi yang signifikan.

9. Mengatasi Konflik Mitra Bisnis

Perusahaan A mengalami konflik dengan mitra bisnisnya.

Problem solving: Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik melakukan mediasi, mencari solusi kompromi, dan menetapkan aturan yang jelas dalam kemitraan mereka.

10. Menghadapi Regulasi yang Berubah

Perusahaan A dihadapkan pada perubahan regulasi pemerintah yang memengaruhi operasional mereka.

Problem solving: Perusahaan terus memantau perubahan regulasi, mengidentifikasi dampaknya, dan merencanakan perubahan dalam kepatuhan mereka dengan hukum yang baru.

11. Merespon Perubahan Teknologi

Perusahaan A harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang cepat.

Problem solving: Perusahaan memberikan pelatihan teknologi kepada karyawan, berinvestasi dalam teknologi yang lebih canggih, dan menjalin kemitraan dengan penyedia teknologi.

12. Menangani Kebutuhan Pelatihan Karyawan

Perusahaan A mengalami pertumbuhan pesat dan membutuhkan pelatihan karyawan yang lebih baik.

Problem solving: Perusahaan mengembangkan program pelatihan karyawan, menyediakan akses ke sumber daya pelatihan online, dan mengukur hasilnya melalui evaluasi kinerja.

Sudah Paham Tentang Apa itu Problem Solving?

Dalam dunia bisnis yang dinamis, problem solving adalah kunci kesuksesan. Perusahaan yang mampu mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang efektif akan lebih kompetitif. Oleh karena itu, penting untuk terus mengasah kemampuan problem solving dalam perusahaan.

Jika Arkawan masih bingung atau bahkan ingin mendalami keterampilan tentang problem solving ini, mungkin pelatihan problem solving dari Arkademi ini bisa membantumu!

Dengan mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, menganalisis, mengembangkan solusi, dan mengimplementasikannya, kita dapat mengatasi berbagai permasalahan dengan efektif di dunia kerja. Semoga bermanfaat!

  • Contoh Kegiatan Ekspor dan Impor di Indonesia yang Menguntungkan!
  • Cara Membalas Email HRD, Lengkap Beserta Contohnya!
  • Contoh Market Research, Jangan Sampai Salah Melakukannya

' src=

7 Teknik Analisis Data Kuantitatif dan Langkah-Langkahnya

Teknik analisis data: pengertian, jenis, dan tahapannya, ketahui berapa gaji data analyst dan jenjang kariernya.

IMAGES

  1. Developing Problem-Solving Skills for Kids

    contoh problem solving learning

  2. What Is Problem-Solving? Steps, Processes, Exercises to do it Right

    contoh problem solving learning

  3. 8 Important Problem Solving Skills

    contoh problem solving learning

  4. 5 Langkah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL

    contoh problem solving learning

  5. contoh problem solving learning

    contoh problem solving learning

  6. Problem-Solving Skills Every Entrepreneur Should Have -[SKILLS FOR

    contoh problem solving learning

VIDEO

  1. PPL SIKLUS 1: Model Pembelajaran Problem Based Learning oleh Rosyaidah, S. Pd

  2. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Kelompok 8

  3. VIDEO PROBLEM (problem : PBL)

  4. DSA AND PROBLEM SOLVING (Learning) Day 1

  5. STUDY SKILL : PROBLEM SOLVING

  6. VIDEO IMPLEMENTASI RENCANA AKSI PBL Dengan Media Argumented Reality

COMMENTS

  1. Model Pembelajaran Problem Solving (Penjelasan Lengkap)

    Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving. Model pembelajaran problem solving adalah model yang mengutamakan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar untuk memperkuat daya nalar yang digunakan oleh peserta didik agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dari materi yang disampaikan. Seperti yang diungkapkan Pepkin (dalam Shoimin, 2017 ...

  2. 18 Problem-Based Learning Examples (2024)

    Solving social problems: Students in a Civil Engineering course have to design housing for the poor in an isolated region using only local materials. Escape rooms: The popular trend of escape rooms can be seen as a form of problem-based learning. Learners must solve the problem of 'how to escape'.

  3. Problem Based Learning, Belajar Melalui Masalah

    Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Volume 1 - Arie Anang Setyo, S.Pd., dkk (2020) Problem Based Learning di Masa Pandemi - Gusti Ayu Agung Riesa Mahendradhani (2021) Introduction to Problem-Based Learning - Jos Moust, Peter Bouhuijs, Henk Schmidt (2021) Project-Based Learning vs. Problem-Based Learning - Spaces (2021)

  4. Pembelajaran Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)

    Menurut Jurnal Riset Pendidikan Dasar, Efektivitas Model Creative Problem Solving dengan Media Teka-Teki Silang Daun Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Sekolah Dasar (2018), diketahui kalau teka-teki silang bisa meningkatkan aktivitas pembelajaran sebesar 82,3%. Penelitian ini juga menemukan kalau hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan model pemecahan masalah yang nggak ...

  5. Problem Based Learning : Pengertian, Karakteristik, Manfaat, Contoh

    Karakteristik Problem Based Learning. Menurut Aris Shoimin, metode pembelajaran problem based learning memiliki beberapa karakteristik khas, yaitu: 1. Berpusat pada Peserta Didik. Karakteristik pertama adalah berpusat pada peserta didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, fokus utama adalah di peserta didik.

  6. Problem Based Learning

    Pengertian Problem Based Learning. Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.. Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks permasalahan yang diberikan. Sama halnya seperti project based learning, tingkat keberhasilan metode ini bergantung ...

  7. Problem-Based Lesson Plan Template

    In order to implement a problem-based instruction lesson in your classroom, there are a few planning steps to consider. Fill in the blanks with your lesson-specific information in order to plan your problem-based lesson. 1. Develop clear and measurable learning objectives (including cognitive and behavioral objectives) - based on Bloom's ...

  8. Pengertian Problem Solving Beserta Teori dan Contoh Soalnya

    Contoh Soal Problem Solving dan Pembahasan. Setelah memahami uraian mengenai pengertian problem solving di atas, artinya elo udah siap menyelesaikan berbagai permasalahan dari soal-soal di bawah ini. Cekidot! Contoh Soal 1. Zahra mengikuti acara amal dan ia kebagian mengumpulkan amplop-amplop yang berisi uang dari penyumbang. Amplop-amplop ...

  9. "Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)"

    Problem-based learning is learning that uses re al. problems (authentic) that are not structured and are open as a context for. students to develop probl em solving skills and think critically a s ...

  10. Mengenal Metode Pembelajaran Problem Based Learning, Guru ...

    Langkah-langkah Praktik Problem Based Learning. Dalam penerapannya, metode problem based learning terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa pada masalah. Kemudian, metode pembelajaran diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Berikut ini langkah-langkah untuk menerapkan problem based learning. 1.

  11. Insight Learning (Definition+ 4 Stages

    From his observations of how chimpanzees solve complex problems, he concluded that the learning process went through the following 4 stages: Preparation: Learners encounter the problem and begin to survey all relevant information and materials. They process stimuli and begin to make connections.

  12. Mengenal Problem Based Learning dan Contoh Perenapannya

    Mengenal Problem Based Learning dan Contoh Perenapannya. Sandi Ma'ruf. March 2, 2024. Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah menjadi model pembelajaran yang banyak dipakai saat ini. Sebab, model ini membuat siswa berlatif berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang sering terjadi di lingkungan kita.

  13. Model Pembelajaran Problem Solving dan Sintaknya: Memecahkan Masalah

    Model pembelajaran problem solving merupakan pendekatan yang efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah peserta didik. Dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam mencari solusi terhadap masalah, model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar serta menghubungkan pengetahuan ...

  14. Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips Tingkatkannya

    Metode Problem Solving. Identifikasi Masalah: Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas dan spesifik. Analisis Masalah: Selanjutnya, analisislah masalah tersebut dengan mengidentifikasi penyebab, faktor-faktor terkait, dan dampaknya. Pengembangan Solusi: Setelah masalah dipahami dengan baik, kembangkanlah berbagai solusi yang ...

  15. Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Membuat

    8 Tips Mengimplementasikan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. 8.1 Tips 1: Pilihlah Topik yang Menarik dan Relevan. 8.2 Tips 2: Gunakan Sumber Daya yang Beragam. 8.3 Tips 3: Berikan Bimbingan yang Sistematis. 8.4 Tips 4: Berikan Kesempatan Kolaborasi. 8.5 Tips 5: Evaluasi Secara Berkelanjutan.

  16. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada

    MODEL LATIHAN INKUIRI. Alokasi Waktu. 2 pertemuan (5 X 40 menit) Sintak Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran. FASE 1. Orientasi peserta didik pada masalah. Guru menunjukkan kepada peserta didik sebuah foto/gambar yang menunjukkan menumpuknya sampah di tepi jalan di tengah-tengah lingkungan padat penduduk seperti gambar diatas.

  17. Problem Solving: Arti, Proses, Contoh, Manfaat, dan Tips ...

    Metode ini pun memastikan bahwa proses penyelesaian masalah dilakukan secara terfokus dan teratur. 5. Failure mode and effect analysis. Metode problem solving lain yang bisa kamu gunakan adalah failure mode and effect analysis. Dalam metode ini, kamu dan tim mencoba menganalisis setiap elemen dari strategi bisnis dan memikirkan hal-hal terburuk ...

  18. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di Matematika

    Cari tahu tentang model Pembelajaran Problem Based Learning pada pelajaran matematika yang inovatif dan menyenangkan! Temukan bagaimana konsep matematika diaplikasikan dalam situasi nyata dan membantu siswa mengembangkan pemahaman mendalam secara interaktif. Dengan menggunakan metode ini, siswa akan terlibat aktif, memecahkan masalah, dan mengasah kemampuan logika mereka.

  19. contoh Rpp kurtilas model problem solving learning (PSL)

    See Full PDFDownload PDF. RPP. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya Mata Pelajaran : Biologi Materi Pokok : Dampak Perubahan Lingkungan Bagi Kehidupan Kelas/ Semester : X/ II Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 pertemuan) KOMPETENSI INTI: KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

  20. (PDF) METODE PENELITIAN PROPOSAL Tentang Pengaruh Model Problem Based

    PDF | On Jan 5, 2019, Rama Mulia published METODE PENELITIAN PROPOSAL Tentang Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Terpadu di Kelas III SD Negeri 21 ...

  21. (PDF) RPP Model Problem Based Learning

    RPP K-13 merupakan RPP yang bagi beberapa guru membingungkan karena tidak ada contoh valid dari RPP K-13. Berikut ini adalah salah satu contoh RPP K-13 dengan menggunakan metode problem solving learning. Semoga bisa membantu anda semua. Download Free PDF View PDF. RPP SMP Model. mochamad hartato. Download Free PDF View PDF. RPP PBL. Abu Nasir.

  22. 12 Contoh Problem Solving dalam Perusahaan dan Cara Menerapkannya

    2. Meningkatkan Efisiensi Operasional. Problem solving membantu dalam mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang dapat meningkatkan efisiensi operasional. 3. Menjaga Kepuasan Pelanggan. Dalam bisnis, masalah pelanggan sering muncul. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah ini akan menjaga kepuasan pelanggan.